Rabu, 06 September 2017

Catatan Seorang Mahasiswa - Tiba di Busan

Alhamdulillah, akhirnya sampai di Busan. Kata pertama yang diramu dengan kepanikan dan gempar penasaran untuk menanti bagaimana kuliah doktoral di negeri ginseng ini. Di bandar udara Gimhae, saya menjejakkan kaki bersama dua orang mahasiswa baru PNU (Pusan National University) lainnya, Lucy dan Betha. Kami disambut oleh hawa dingin berselimut awan mendung padahal ketika itu waktunya musim panas. Beruntung, pakaian tebal luar biasa sangat membantu pertahanan tubuh yang ringkih ini.

Menunggu tidak cukup lama, kami (secara terpisah, karena ada beberapa pembagian kelompok penjemputan berdasarkan informasi dari kantor internasional PNU) segera bertolak ke PNU untuk segera beristirahat di asrama. Menumpang taksi yang cukup mewah dari bandara, saya duduk di belakang bersama koper (terdengar menyedihkankah?). Perjalanan terasa sangat.... menegangkan. Manuver pak sopir demikian membuat detak jantung sedikit naik tingkat. Alhamdulillah jantung saya sudah cukup terlatih menghadapi gaya mengemudi yang lebih menguras adrenalin di ibukota. Sedemikian hingga, saya pun tiba di depan persimpangan asrama bersama rombongan.

Di kantor pengambilan kartu asrama sementara, sekali lagi, rasa khawatir menghampiri perasaan saya. Nama saya tidak ditemukan di daftar penghuni asrama! (Laa ilaa haillallah, apa pulang kali yah, uang masih cukup untuk beli tiket sepertinya, he he.) Didampingi ahjussi yang juga panik karena nama saya tidak ada, saya pergi ke kantor asrama yang berada di depan kantor pengambilan kartu. Dan, gadis yang melayani kami kebetulan cukup bernada tinggi, "Kok tidak melihat nomor kamarnya sih?" Saya hanya diam dan berdoa agar segera diberi solusi. Seorang bapak staf yang berada di depan komputer menanyakan nomor pendaftaran saya dan langsung dicek di sistem. Eh, ternyata yang muncul seharusnya nama belakang duluan. Sebagai informasi daftar namanya ditulis di Hangeul: RAMADHAN HANI  ->  라마단 하니, seharusnya HANI RAMADHAN -> 하니 라마단. Yak kesan pertama di Korea Selatan, sukses bikin panik seorang bapak tua yang baik dan seorang gadis sedikit naik darah.

Singkat cerita, di asrama Jilli cukup nyaman (walau sempit, kamar mandi luar, tempat pancuran berbagi dengan 5 bilik lainnya dengan sekat tak menutup [ehm, jangan tanya bagaimana saya mandinya, tolong, dimohon-dengan-sangat]), dan saya beristirahat dengan tenang. Siangnya, saya diajak oleh Evy, mahasiswi master teknik lingkungan di PNU yang sudah berada di Korea Selatan sejak tahun lalu. Evy adalah seorang penerima beasiswa KGSP (Korean Government Scholarship Program), beasiswa yang memberikan kesempatan untuk berkuliah di Korea Selatan dengan biaya pemerintah Korea Selatan dengan tambahan 1 tahun di awal untuk belajar bahasa Korea. Sehingga, bahasa Korea Evy cukup lancar. Saya? Berucap nasi goreng aja memicingkan mata di huruf Hangeul sampai bengong berlama-lama, cuma bisa berkata "Annyeong, gamsahamnida" saja. Makanan halal bagaimana? Saya sangat terselamatkan dengan restoran cepat saji yang menyediakan nasi lauk ikan dengan sayur sederhana yang bisa dijangkau 5 menit berjalan kaki dari lab. Sisanya? Saya berusaha mengernyitkan dahi di hadapan huruf Hangeul yang berdoa tidak ada kandungan babi, ayam, sapi, kambing, gelatin, dan rekan-rekannya (mendadak vegetarian dan pemakan ikan).

Bagaimana kuliah dan risetnya? Kuliah baru berjalan di tanggal 4 September 2017 dan saya mengambil 4 mata kuliah, yakni Big Data Processing, Big Data Analytics, Bahasa Korea untuk Pemula, dan Etika Riset. Kedua mata kuliah pertama tersebut sudah saya jalani dan cukup menyenangkan. Sangat terkait dengan minat saya dan membuat saya penasaran mengenai beberapa hal di bidang pengolahan data. Risetnya? Saya masih menunggu instruksi lebih lanjut dari profesor pembimbing saya. Kebetulan, kedatangan saya bersamaan dengan kedatangan tawaran proyek-proyek yang terkait dengan laboratorium saya (kedua hal ini memiliki nilai fakta namun tidak berhubungan). Sehingga, saya cukup menunggu waktu untuk dimanfaatkan tenaganya secara maksimal, atau mungkin lebih dari maksimal. Bismillah, mohon doanya semoga perjalanan kami semua untuk menuntut ilmu ini diberikan berkah oleh Allah subhanahu wa ta'aala.

Aaamiiin.

Busan, di sudut tempat tidur kamar lantai enam gedung asrama yang paling tinggi
nb: Pemandangan matahari terbit di atap gedung bagus lho (kalau cerah)



Lokasi: Pusan, Corée du Sud

0 komentar:

Posting Komentar