Sabtu, 20 Juli 2013

Pengembara Pantofel: Bersama Sabang Merauke (1)

Assalamualaikum wr.wb.
Time to share, time to learn something new.
Oke... jadi sebenarnya hari itu saya sehari izin Kerja Praktek untuk suatu event yang diadakan Sabang Merauke. Tapi, yang saya dapatkan lebih dari sekedar "meliburkan diri". Let's check it out.
——————————————————————————

"Silahkan adik-adik di sini Anak-anak Sabang Merauke berikut juga Saudara Sabang Merauke menuliskan janji dari adik-adik untuk menggapai cita-cita meraih pendidikan perguruan tinggi entah di mana pun itu dan berjanji tidak akan putus sekolah." Begitulah (kira-kira, jika tidak salah ingat, dengan beberapa modifikasi yang ada) instruksi sesosok inspiratif dengan selempang kuning itu, Niwa Rahmad Dwitama, Mapres UI 2013, khas, kepada sepuluh lebih sekian insan belia peserta Sabang Merauke angkatan pertama.
Momen dramatis itu menjadi titik kulminasi acara pada jumat itu, Education Day Sabang Merauke. Sepuluh anak-anak SMP yang terpisah jarak sedemikian hingga, terbilanglah seorang bernama Ferdinan dari Sabah hingga si jelita Paska dari Jayapura, saat itu menjadi satu yang dekat dalam lingkaran, mengelilingi galian cita-cita yang akan tumbuh meroket hingga mimpi mereka di sana. Hingga detik ini, inspirasi akan terus mengalir, bersama.... toleransi, pendidikan, dan Indonesia.
.....

"Hani ya?" Ujar seseorang berusaha mengenaliku selepas turun pukul 8 di stasiun UI. "Ha?  Iya..." saya menanggapi dengan linglung, sepertinya masih merasa ajaib dengan KRL yang baru saja ditumpangi. "Ayo kumpul di situ... Chiro ini Kak Chiro." Sambung pria dengan kaus berkerah abu-abu kebiruan itu. Oh iya, gimana bisa lupa sih...?
Kak Chiro ialah seorang penggagas ide Sabang Merauke ini. Gerakan bernafaskan pendidikan dengan upaya  mengumpulkan anak-anak dari seluruh penjuru Nusantara, untuk berbagi satu sama lain, berlatih satu sama lain, belajar bagaimana toleransi dengan terjun langsung, meraih asa Indonesia dalam tangan mereka ini. Dan SabangMerauke ini adalah rekanan tim saya dalam BLP (Breakthrough Leadership Project) YLI Wave 5... (itu loh... postingan sebelumnya, baca dong)

Yah begitulah dari saya yang linglung dan sedemikian rupa dibikin tersihir oleh pelajaran-pelajaran selama satu hari itu. Selagi menunggu para peserta datang, saya berkenalan dengan beberapa partner Sabang Merauke yang sudah hadir di sana. Ada Kak Wahyu, Kak Didi, Kak Fariz, dan Kak Putra. Yah... gimana ya masih kagok-kagok gimana, sudah terdampar dalam waktu sebulan di Jakarta (sempat pake acara nyasar pula, menyedihkan), pertama kali naik KRL, dan pertama kali juga ke UI (Universitas Indonesia). Yang sempat didamba dikarenakan saya ingin masuk Akuntansi dan UI Akuntansinya terbaik se-Indonesia. Tapi saya nggak nyesel. Beneran loh, suer. Lanjutin hoi, ngelantur nggak jelas


Singkat cerita, setelah ngobrol sana sini dengan Anak Sabang Merauke [ASM] yang datang satu per satu... (Alun, Ferdi, Iman, Ayul —mentolo takuyel-uyel cah sithok iki, Iswan, Novi, Apipa, Zana, Paska, Villa) dan Saudara Sabang Merauke 
[SSM] (Dimas) dan Kakak-Kakak Sabang Merauke [KSM] (Kak Kezia —maaf ya Kak, kayaknya sering saya dzalimi dengan menyebut suaranya terlalu lantang, maaf.. maaf, Kak Rona, Kak Putri, Kak Laura, Kak Chen-Chen (Chenia) mirip sama teman saya di jurusan, Chen (Yenita), cuma si Yenita versi mini-nya, Kak Mutia, Kak Mubin, Kak Mustaf, Kak Gary). Dan selagi menunggu... saatnya GAMES. HORE dimulai dengan simulasi SevenUp, yang mungkin bagi sebagian orang menyebalkan... tapi gue aman mwahahah. Dan Games Cabu-Cabu-cacaca featuring saya sebagai leader-nya. Ya sudahlah...  semoga saya bisa membuat gerakan awalan yang baik... (sempat kepikiran salto, split, push up, apa.... cheerliar? Ah sudah simpel saja. —Nggak tau cheerliar? Itu budaya seru pas tahun pertama Smala. Cheer yang anggotanya cowok semua. Ah sudah cukup. Masa kelam) . DAN SAYA SUKSES! Membuat beberapa orang semakin pusing bersama gerakan saya. Oh ya sudahlah.

Menuju kegiatan pertama, kuliah bersama Pak Dekan Fakultas Ekonomi  UI, Pak Jossy. Berangkat dengan bis kuning khas UI dari stasiun UI, dan melihat-lihat dari luar gedung-gedung indah nan gagah yang mengiringi ribuan kepala generasi baru masuk dan keluar almamater ini selama rentang tak jauh dari empat tahun. Perjalanan di sebelah kiri kanan jalan —kayak hutan rek, tenan— begitu asri dan hijau. Selagi bertukar cerita dengan kawan-kawan baru (yang beberapa baru menyandang gelar sarjana) dan saling tunjuk gedung belajar satu sama lain, perjalanan begitu terasa cetar sampai akhirnya masuk ke kampus FE. Kesan pertama... wah besar ya?


Berjalan beriringan menuju suatu ruang kuliah di lantai tiga berlangsung bersama rasa penasaran saya di gedung ini sambil berujar "hooo" bersahutan dengan penjelasan kakak-kakak ini. Di ruangan tersebut, saya, yang merasa cukup tahu diri untuk tidak duduk di barisan depan, melenggang duduk sebangku dengan Kak Mustaf, Kak Mubin, Kak Chen2, dan Shaffa (seorang Saudara Sabang Merauke). Tak lama, seorang sosok tinggi besar datang, berikut sama besarnya dengan rasa penasaran inikah Pak Dekan? Ternyata mengabarkan Pak Dekan hanya bisa hingga pukul setengah 11. Ealah, bukan Pak Dekan tho. Sejenak waktu terbuang, barulah sosok bijaksana itu datang
, Pak Jossy P. Moeis.

Beliau mengawali kuliah dengan semangat berkobar bercerita mengenai betapa pentingnya pendidikan. Tentu saja, para ASM dengan gegap gempita dalam keheningannya mereka sendiri-sendiri menyambutnya bak sungai yang mengucapkan "halo" pada derasnya air terjun. Pak Jossy berkisah tentang konon perjalanan seorang perantau dari Tanah Riau, hingga mengenyam pendidikan di Jakarta, berlanjut kerasnya hidup di Negeri Paman Sam, dan hadir di tengah-tengah kita semua, sebagai seorang pemimpin Fakultas Ekonomi di universitas yang begitu ternama ini. Muara dari segala pembicaraan ini tentu adalah tanya jawab dari para ASM. Penggalian informasi dengan kalimat tanya dari Alun, Novi, Paska, Iman, dan kawan-kawan ini sanggup menginspirasi Pak Jossy untuk merelakan sedikit waktunya melebihi 10.30. Lalu, sesi ini ditutup dengan foto-foto. Saya sih ikutan... Gimana nggak kebelet narsis foto sama ASM-SSM yang unyu ini (KSMnya juga kok)
Lagi, kalian sungguh luar biasa. Jalan kalian ini sungguh tumbuh dengan terarah.
Tak mungkin semaian yang kami rawat dengan cantik ini hanya menjadi tanaman yang kering.
Tidak, kalian benar bukanlah gulma. Yang mengganggu lagi tak bermanfaat.
Kalian adalah bunga cantik kami. Menebar wangi ke seantero negeri. 

LANJUT!

Persuaan kami berikutnya adalah dengan pusat jendela dunia termegah di kampus hijau ini. Tak lain dan tak bukan adalah Perpustakaan UI. Sejenak menjejakkan kaki di sana, Hmmmmm.... Bukan bau khas buku kumal atau kertas cetakan baru yang kami dapati, melainkan suasana ala pusat perbelanjaan tengah kota a.k.a mal zaman sekarang. Sebenarnya nalar diri tak kunjung berujung demi penataan yang seperti itu. Penikmat buku tradisional seperti saya sih belum pernah mencoba membaca buku di tempat seperti itu. Kali aja ilmunya lebih masuk... Kali aja.
Namun, hal ini didapati sedikit berbeda oleh binar mata para ASM, samanya sih mungkin "waaaaaah, perpusnya megah banget." Di luar hal itu, cahaya pandang mereka membuat saya penasaran, akankah mereka berpikir ini suatu yang patut dijelajahi? Akankah semua ilmu dari penjuru dunia ini akan kumanfaatkan? Entah. Siapa yang tahu.
Tapi oh seribu tapi, waktu kunjung kami di perpustakaan ini hanya terhitung menit. Lagi-lagi, waktu istirahat di pinggir danau yang membatasi tapak pantofel ini dengan balairung UI, diisi dengan nafsu foto-foto yang begitu tinggi. Kali ini saya nggak terpengaruh dong. Ya sudahlah, jadi tukang potret sementara waktu dengan ponsel mungil saya. Enggak, nggak pakai kamera macam SLR, bisa-bisa kameranya terbakar gegara ke-gaptek-an saya.

Kala matahari sudah tinggi di atas kepala, kami bersiap untuk ibadah besar para muslim di tiap pekan. Apalagi kalau bukan salat Jumat? Kami beradu dengan pergerakan surya kembali menuju FEUI dipandu perputaran roda bis kuning yang kokoh. Eh, nggak di Masjid UI? Tanyaku kepada beberapa pihak. | Oh enggak, nanti soalnya acaranya di sekitar FE juga.| Oooh.
Sepeninggal lelah di pelataran gedung FE UI, kami mengatur rencana bagaimana agar bisa kumpul tepat waktu. Selagi mayoritas salat Jumat, dan lainnya ada yang ibadah khusus menghadap ke Timur. Dan tentu muncul anggukan patuh cerdas terhadap instruksi Kak Chiro sebelum derap kaki ini melangkah menyambut ibadah sakral itu di... . Ehm? Salat Jumat di lapangan basket?
Nggak separah yang dibayangkan, lapangannya dalam ruangan, memang sudah disiapkan salat Jumat seperti itu. Pancen wes sip. Jamaah dari Sabang Merauke berbondong-bondong mengambil air wudu di luar. Sebelumnya, instruksi dari Kak Fariz untuk berkumpul di depan pintu lapangan basket sudah tercatat dalam benak dengan baik.
Eh lhadalah, selesai salat Jumat malah saya yang ketinggalan sama rombongan. Mana belum hapal jalan lagi. Ngekor deh ke sana ke mari. Nggak nyasar kok, Alhamdulillah.

Dan, sampailah ke acara yang ditunggu-tunggu... Penanaman janji. Tak jauh dari tempat kami salat Jumat (kembali lagi ke lapangan basket itu), sudah siap sebuah galian lubang yang kayaknya juga nggak cukup untuk menimbun salah seorang yang bertubuh mungil dari kami. Dipandu Kak Chiro dan dilanjut oleh Kak Tama (Niwa R. Dwitama, Mapres UI 2013), kata-kata yang menggugah hati seseorang untuk selalu bermimpi meluncur begitu saja. Detik-detik janji untuk menggapai pendidikan yang tinggi itu sudah di depan mata. Segala ucap dari Kak Tama membuat belasan pasang mata itu menatap jauh ke dimensi yang tak sekedar angan-angan. Dimensi yang nanti termaktub dalam coretan bermakna di secarik kertas. Ya, dimensi itu ternamai cita-cita.
Ya, sumbu roket itu sudah disulut.
Disulut oleh tangan mereka sendiri.
Takkan pernah mati, meski pernah dalam oksigen yang sepi.
Takkan pernah meledak, meski pernah berkobar.
Sumbunya memang akan berjalan di alur yang tak diduga.
Sumbunya memang akan berujung dalam panjang lika-liku yang penuh debu.
Namun, apinya akan abadi, meninggalkan abu inspirasi tiada henti.

Berbagai cita-cita pun mereka sebut. 
"Saya .... berjanji, akan melanjutkan pendidikan di .... dan tidak akan putus sekolah."
Alangkah beraneka suara mereka, ada yang sebut arsitek, kimia, ekonomi, kepolisian, ada yang sebut UI dan ITB. Geleng-geleng kepala tanda haru akan cita-cita mereka, yang notabene jauh dari hingar-bingarnya kota besar layaknya Jakarta sebelum dua minggu ini, dilakukan oleh hampir semua kami. Hampir.

Herannya sih, kenapa nggak ada yang sebut Ilkom, Teknik Komputer, Teknik Informatika, atau bau-bau bidang saya.Spesial deh
Gulungan cita-cita itu dikumpulkan di dalam botol cita-cita "Sabang Merauke". Dan botol itu ditanam dalam galian yang sudah disiapkan itu. Harapan dari ide ini, cita-cita yang dilambangkan sebagai benih itu nanti akan tumbuh sebagai pohon tinggi nan elok, memberi manfaat bagi sekitarnya, layaknya tanaman bagi semua insan yang hidup di sekitarnya.

Akhir perjalanan, giliran Kak Diandra atau sering disebut Kak Didi memimpin. Kegiatannya jurnalling namanya, sepertinya semacam kontemplasi. Buat semua ASM, SSM, dan KSM. Semua diminta menulis. "Dalam lima tahun ke depan, saya berjanji untuk menjadi...". Well,  saya ingin ikutan juga. Tapi, saya kan hanya penggembira di sini. Oke, ndak masalah. Melihat saja sudah belajar banyak. Hehe. Lembaran kertas itu niscaya akan menjadi motivasi dan mungkin basah ketika haru biru itu datang saat lima tahun selanjutnya dibuka kembali.
Kembali ke Bus Kuning yang menghantar ke stasiun. Selepas tiba di seberangnya, saya berpamitan dengan belasan tangan mungil itu. Mengharap esok hari bisa bertemu lagi. Di lain kesempatan, dengan manisnya buah yang dipetik masing-masing.

---------------------------------------------------------
Eits, tenang. Masih ada serunya part 2 kok, Malam Perpisahan dengan Sabang Merauke angkatan pertama. Sabar aja. Juga ada out of event story-nya, yang nggak kalah seru dan garing
Ada kalanya segala yang kita tulis mungkin hanya sekedar coretan, karena itu komentar, kritik dan saran sangat membangun. Permintaan maaf akan selalu saya torehkan di sini selagi kesalahan yang ada selalu merundung.
Oh ya, kalau mau tahu lebih jauh tentang Sabang Merauke bisa cek nih di situs sabangmerauke.org (klik aja), dan twitter @SabangMeraukeID ,  atau nunggu laporan resmi dari BLP kami hehe.

OH IYA, LAGI. Gak ada foto-fotonya. Hehe Maaf yak. Lagi gak hobi foto-foto.


Wassalamu'alaykum wr.wb.