Minggu, 15 Maret 2015

Kelas Inspirasi Sidoarjo-Jawa Timur [2013], Yuk Dayung! #SuperFlashback



Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Dear All, para pembaca yang mungkin setia menunggu adanya tulisan baru.
Berikut penulis ingin mengenang masa-masa riweuh lagi menjad mahasiswa S1 tahun terakhir (yang seharusnya rajin mengerjakan skripsi, tapi malah keluyuran ngalor-ngidul agak tidak jelas) di tahun 2013.

Dalam momen ini, ketika berbicara mengenai anak-anak, pasti cita-cita yang mereka impikan tidak jauh-jauh dari: guru, polisi, dokter, tentara, ustaz, dan lain sebagainya. Tapi sebenarnya, ada juga lho profesi menarik lainnya, seperti: teknisi lift, pegawai pajak, freelancer, desainer situs, penulis, dosen, ahli pipa, ahli pengelasan bawah laut, dan lain-lain banyaknya. Apa salah kalau si anak-anak yang lucu dan menggemaskan ini mencita-citakan profesi yang sering ditemuinya setiap hari? Tentu tidak. Wujud nyata dari kontribusi bisa menjadi inspirasi, semangat yang tinggi untuk ditularkan ke generasi dini, ya... di sanalah tersebut nama Kelas Inspirasi.



Logo kelas inspirasi, maaf jika tidak kelihatan, karena memang resminya warnanya putih.

Ini yang warnanya oranye

Kelas Inspirasi (kelasinspirasi.org) merupakan sarana penyaluran semangat hidup, cinta pendidikan, dan kepedulian yang berlokasi di daerah-daerah di Indonesia. Menarget sekolah-sekolah dengan kondisi termarjinalkan, para relawan profesional (orang-orang yang sudah bekerja) berbagi cerita mengenai profesi dan keilmuan yang ditekuni saat itu. Mengambil waktu 11 November 2013, sehari setelah hari Pahlawan, seluruh skuad sukarelawan (iya, sukarela) Kelas Inspirasi Jawa Timur mengambil cuti (kalau penulis merelakan satu mata kuliah saat itu, berbahaya, jangan ditiru). Si penulis mengambil jatah sukarela di Kelas Inspirasi Sidoarjo, dengan keterangan beberapa sekolah yang menjadi target sebagai berikut:
- jumlah anak dalam 1 sekolah yang bisa dihitung dengan jari....4 orang.
- harus menyeberangi tambak dulu agar sampai ke tujuan.
- berbenah memperbaiki diri.
- dan lain sebagainya.
Persiapan

Di tim KI SDA, beranggotakan segelintir relawan panitia (Penulis, Mas Radite, Mbak Syifa, Mbak Orysa, Mbak Irma, Mbak Shofa, Mas Adit, Mas Azzam, Mbak Fuji, Mbak Ajeng, dan nama-nama lain yang mohon maaf tidak tersebut) harus kalang kabut cari sekolah untuk lokasi Hari Inspirasi, cari relawan untuk mengisi Hari Inspirasi, dan segala macam properti sampai (mungkin) kepala pusing tujuh keliling. Berbekal semangat, bimbingan, cinta edukasi, now-or-never, dan power of kepepet terkumpul sekitar dua puluhan relawan pengajar, belasan relawan fotografer dan videografer. Tugas saya? Desainer, merangkap IT, merangkap hubungan masyarakat, merangkap lain-lain dan merangkap seadanya.

Semua berjalan sedemikian hingga, apa pun, demi terlaksananya pancaran inspirasi untuk anak-anak ini. Mulai dari menyebar poster dan brosur untuk mencari relawan, menyusup ke Car Free Day mencari orang yang berpotensi menjadi relawan, pulang pergi ke Sun City (dari kampus ITS, kalau dari rumah ketahuan bapak ibu dong #eh). Semua pengorbanan itu Lillahi Ta'aala, dalam bentuk yang bermacam-macam (Insyaa Allah).

Tapi berkat kalang kabut persiapan ini, persaudaraan kami masih terjaga lho! :)

[foto menyusul, itu pun kalau ada]

Hari Inspirasi
Ditugaskan di sebuah daerah yang riuh dari kerumunan pabrik, saya bersama partner "keren" dan "kece" dan sangat "kooperatif" (semuanya diberi tanda kutip, Syif) menyerbu SDN Sidomulyo. Berbekal persiapan survey sebelumnya, banyak hal yang kami persiapkan untuk mereka, sampai benih pohon yang nantinya kami gunakan untuk menutup Hari Inspirasi.


Mas Ali, Relawan Pengajar
Mbak Zahroh/Elvi, Relawan Pengajar
Mas Doddy, Relawan Pengajar
Mas Yudha, Relawan Fotografer

Mbak Zahroh, Mas Ali, Mas Doddy, Mas Yudha, ternama relawan-relawan pengajar dan relawan fotografer di Kelas Inspirasi Sidoarjo 2013 di SDN Sidomulyo. Diawali dengan upacara bendera memperingati hari Pahlawan, Hari Inspirasi dibuka dengan begitu meriah dilanjutkan dengan senam kompilasi a la Mas Ali.

Upacara Bendera Menyambut Hari Pahlawan 11 November 2013

Mas Ali, memimpin "senam"
Anak-anak, begitu girang dan gemilang, menyambut kedatangan orang-orang asing yang mengajar hal yang berbeda. Kilap seragam putih merah menghambur demikian cantik di dalam arahan dan segala properti milik para relawan pengajar. Keseruan, tangisan, kemanjaan, dan semangat meraih mimpi itu tergambar di wajah riang siswa-siswi SD ini. Benar lho, menangis! Yang entah bagaimana ada seorang siswi yang menangis ketika dr. Zahroh mengajar di dalam kelas. Masing-masing dari kami, relawan panitia, dan dr. Zahroh sendiri bertanya-tanya apa yang terjadi. Namun, semua itu masih menjadi misteri.
Simulasi pemeriksaan dokter -Mbak Zahroh
Lift? Bergerak? -Mas Doddy
Pajak? Buat Apa? -Mas Ali

Saya sendiri? Seharusnya berlari ke sana ke mari untuk menangani kebutuhan relawan pengajar, tapi saya malah diseret anak kelas 3 untuk bermain. Ah ya sudah, kan sekali seumur hidup kali ya, pikir saya. Ya, Kelas Inspirasi ditujukan untuk murid-murid kelas 4, 5, dan 6 karena dianggap sudah siap menerima materi inspirasi dari para relawan pengajar. Sedangkan, kelas 1, 2, dan 3 masih butuh perhatian lebih dari gurunya untuk mengejar materi formal.

Apa sih yang diajarkan dari seorang dokter, pegawai pajak, dan teknisi lift? Biologi? Keuangan? Rumus fisika? Tidak, tentu tidak. Seperti terkata sebelumnya, Kelas Inspirasi memberikan wawasan profesi. Jadi, bukan bagaimana sistem tubuh manusia yang sakit harus diobati, tapi bagaimana cara berobat dan mengatur kesehatan yang baik. Bukan bagaimana pajak itu dihitung dari A sampai Z, tapi bagaimana menjadi seorang wajib pajak yang baik dan memberikan kesadaran bahwa membayar pajak itu penting untuk anak-anak. Bukan bagaimana terapan rumus fisika di dalam lift, tapi bagaimana misteri lift bisa naik dan turun dengan hanya perintah tombol dan peran si teknisi tersebut. Berikut properti yang bersangkutan seperti boneka a la pasien dan simulasi lift dari stik es krim.

Mari menanam Pohon!

Kelas Inspirasi Sidoarjo - SDN Sidomulyo

Perjalanan Hari Inspirasi ditutup dengan penanaman pohon bersama yang menandakan impian-impian kami (relawan Kelas Inspirasi, pengajar-pengajar SDN Sidomulyo, dan utamanya anak-anak kecil itu) akan tumbuh dengan indah dengan nutrisi yang baik, dan akan memberi manfaat bagi sekitar bak udara segar yang menemani mentari pagi. Mimpi itu hendaknya menjadi nyata diiringi dengan usaha dan doa untuk Indonesia yang lebih baik. Insyaa Allah. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bukan? Insya Allah adik-adik sekalian adalah bagian dari orang-orang yang paling bermanfaat tersebut. Pasti.

Pasca Hari Inspirasi - Refleksi?

Hari Inspirasi yang didominasi keseruan dan kenangan tentu layak diceritakan dan didiskusikan satu sama lain. Bersama kota-kota lainnya, cerita ini berpadu di hari Refleksi Kelas Inspirasi: Apa yang akan kita lakukan setelah itu?
Refleksi, bukan maksud untuk pemijatan dan relaksasi, adalah tempat kita semua, para relawan Kelas Inspirasi bersatu untuk berpikir bagaimana efek Kelas Inspirasi bisa menyebar ke saudara-saudara lainnya yang di luar sana. Saudara yang harus terjun langsung dalam proses birokrasi dan pemerintahan agar pendidikan di Indonesia terus maju dan lebih baik. Saudara yang tetap bekerja di dalam lingkup non-pendidikan untuk menyuarakan kebutuhan akan pendidikan yang merata dan sesuai untuk masyarakat. Saudara yang sedang berusaha menerapkan pendidikan agar makna pendidikan tidak hanya terhenti di bangku-bangku pembelajaran. Semua rangkaian usaha itu kelak bersatu untuk perwujudan mimpi yang lebih indah demi umat manusia (walau terdengar berlebihan, tapi kita semua berusaha mewujudkan manfaat terbaik dari yang bisa dimunculkan manusia. Titik-titik ide tersebut bisa terhubung menjadi garis-garis, yang nantinya berwujud gambaran konkrit masa depan, bukan?)


Ya itulah kami, di Kelas Inspirasi: Beraksi Sehari, Selamanya Menginspirasi!
Terima kasih atas pengalaman yang diberikan (mulai 1 tahun sekian bulan lalu), saya [Insyaa Allah] selalu mendukung akan kemajuan gerakan berbagi ini!

Sidoarjo Team - Refleksi Akbar KI Jawa Timur 2013
Maafkan jika ada salah kata dan ucap.
Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh


Sabtu, 31 Januari 2015

Examen Final, Momen 1 Tahun Sebelum ini dan IFI

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh...

Alangkah indahnya hari ini setelah semua beban ujian ini selesai. Sebagai informasi, di kampus saya di Perancis, ujian akhir semester seperti sebuah maha-cobaan mini (menurut saya sih). Yakni, ketika semua materi yang menggunung harus diluluhlantakkan selama semalam (untuk saya, Sistem Kebut Semalam (SKS) masih belum mengecewakan saya) untuk materi 2 mata kuliah, yang berita baiknya, keduanya open book. Tetapi, hantaman ini kurang begitu berarti. Bencana berikutnya muncul di hari berikutnya, ketika ujian 2 mata kuliah lain, salah satunya open book, dan satunya closed book.

Biasanya, para dosen yang baik hati memberikan hardcopy materi kuliah. Kasus yang tidak biasa, para dosen yang baik lainnya memberikan softcopy dalam bentuk PDF yang bisa dicetak. Nah, di ujian mata kuliah open book di hari kedua ini, Pak Dosen adalah pemberi materi kuliah dalam bentuk softcopy. Sehingga untuk mempermudah pekerjaan, saya berniat untuk belajar materinya sebelum mencetak di keesokan harinya.

Malang bukan kepalang, di hari H ujian, saya berniat mencetak dokumen tersebut di koperasi mahasiswa... yang ternyata tutup. Pergi ke perpustakaan namun saya tidak paham cara mencetak via printer perpustakaan (harus menggunakan kartu pelajar yang ada isian uangnya, sementara saya tidak tahu cara mengisinya). Terbilang 15 menit sebelum ujian, saya mencoba printer yang ada di laboratorium komputer. Seharusnya bisa mencetak dengan cepat, tetapi setelah utak-atik sana sini, printer-nya sedang bermasalah. Alhasil, 15 menit itu saya gunakan untuk menyalin materi sekenanya dari softcopy ke tulisan tangan kilat nian yang sampai-sampai butuh 1 menit untuk mengenali huruf-huruf itu. Alhasil, pekerjaan ujian itu saya kerjakan dengan penuh rasa khawatir.

Saya berusaha pasrah dan tawakkal atas semua yang terjadi. Kejutan muncul tak sampai seminggu setelahnya di perjalanan kereta pulang ke Compiègne setelah wawancara magang. Benar saja, masuklah surat elektronik yang berisi hasil ujian. Dan Alhamdulillah, kata-kata MENTION untuk mata kuliah itu muncul di ponsel saya. Paling tidak, ini yang saya bisa bilang momen pengumuman ujian paling dramatis dalam kereta (lebay, tetapi tetap bersyukur, Alhamdulillah...)

Sumber: http://s1152.photobucket.com/user/rumadi_aza/media/100_4972.jpg.html
---------------------------Sekitar satu tahun sebelumnya--------------------------------------------

Panasnya Surabaya sore itu membawa si kuda besi MIO-J saya terparkir di depan gedung AJBS. Niatnya bukan membeli perkakas rumah tangga, tapi memasuki gedung klasik tempat saya harus menempuh seperempat hari saya selama 4,5 bulan untuk les bahasa Perancis. Dari luar, mungkin memang tempatnya menimbulkan kesan... bener nggak sih ini tempatnya? Tetapi, kesan itu berubah ketika masuk ke dalamnya. Tempatnya nyaman sekali dan menggunakan gaya perabot modern. Pada intinya, asyik deh!

Menjadi salah satu dari beberapa orang penerima Beasiswa Fast-Track Double Degree Indonesia Perancis (DDIP) membuat les bahasa Perancis menjadi "pelaku utama" hilangnya 5x5 jam dari sepekan. Tapi, persepi hilang tersebut berubah ketika saya, yang masih asing dengan suasana di tempat itu, melihat wanita yang memesona dan tegas berikut agak centil tiba-tiba mengarahkan kami masuk ke ruang kelas nomor 5. "Hari ini, kita akan perkenalan, dan langsung menggunakan bahasa Perancis," demikianlah 'arahan' manis dari instruktur ini.

"Kita tidak akan menuliskan sesuatu apa pun, kita harus segera langsung berbicara!" Lanjutnya. Masih roaming di beberapa ucapan, berusaha mencerna suara asing yang dilantunkan oleh beliau. "Jêmapèl? Jumapèl? Zumapèl?" Ah entahlah. Yang saya bisa pastikan, ada hurus J di sana, dengan vokal "e" pepet (maklum dulu Guru Bahasa Jawa SD saya sangat tegas, jadi artikulasi 'e' sering saya asosiasikan dengan pepet (ê) atau taling (é,è) masih menancap jelas di ingatan saya. Dan indahnya, penggunaan coretan di atas huruf 'e' ini berbeda terus, baik di Jawa, Mandarin, dan Perancis). "Jêmapel," berikut saya menirukan ucapan itu, dan diikuti nama panggilan. Dilanjutkan beberapa kisah pendek perkenalan (based on hearing) seperti ini:
"Vu vêné du?" [oh ini tanya asalnya dari mana]
"Jê vian dê Sidoarjo."
"Kèl é votr adrès?" [adrès, alamat ya?]
"Kèl é votr dêpartêmong?" [emmmm, ini jurusan]
"Kèl é votr numéro dê télépong?" [emmmm, nomor hape?]
"Ongsyongté" [mungkin nice to meet you, ya? Mandarin: rènshi nǐ, hěn gāoxìng]
Berdasarkan pembicaraan tersebut, si Ibu dengan lidah ajaib ini (ini pujian, anggap saja artikulasi saya luar biasa parah saat itu) membuka kedoknya sebagai Irma Nurul Husnal Chotimah (sebut saja Madame Irma, tapi saya tidak ragu untuk memanggilnya Teh Irma), seorang yang dulunya pernah tinggal agak lama di Perancis. Lhoala pantesan ilate ajaib. Dan dengan ramahnya melanjutkan sesi perkenalan sambil keliling sekelas agar satu murid bahasa Perancis bisa mengenal sebisanya dalam bahasa Perancis. Dan kejutan lagi, ternyata ada peserta les bahasa Perancis di kelas itu yang ternyata dosen ITS yang masih muda yang hendak melanjutkan S3 ke Perancis juga. Polosnya saya, saya memanggil beliau dengan sapaan Mas (hanya selisih 4/5 tahun kok).

Rutinitas menyenangkan dan sedikit tidak menyenangkan (karena tidak paham-paham) itu berlanjut hingga sebelum ujian DELF (sertifikasi penggunaan bahasa Perancis untuk orang asing) sesi Juni. 4 bulan memang bukan waktu yang singkat. Perjalanan menerjang badai hujan dan banjir di masa-masa Tugas Akhir, dan sempat tidak ikut les karena harus kabur ke Jakarta. Berbagi tawa, sedih, kisah di Perancis (yang menjadi nyata), kisah Tugas Akhir, kisah wisuda, kisah "Vous êtes un chien?" (sebut saja pelakunya Kumbang, bukan saya!), kisah Pak Leman (penjual mie pangsit depan AJBS), kisah perpisahan, dan begitu seterusnya berlarut menjadi memori indah yang terbagi di masing-masing kenangan. Inspirasi, motivasi, nasihat, dan doa juga menjadi saksi transfer ilmu untuk indahnya kenangan tersebut. Kami dulu bukan apa-apa, karena kadang untuk meraih suatu ilmu, ilmu lain harus dikuasai dulu.

Berawal dari titik nol 27 Januari 2014. Perjuangan bahasa Perancis ini dimulai.
Mungkin kenangan kami hanya terbilang seujung kuku di benak para Bapak Ibu Guru (gelar terindah yang pernah ada dalam hidup, selain orang tua tentunya). Namun, jasa-jasamu akan tetap abadi bersama ilmu. Karena ilmu yang dibagi tidak pernah habis.

Tulisan ini dipersembahkan khusus untuk para guru di IFI tercinta, untuk peringatan hari Jêmapèl
Madame Irma, Madame Norma, Monsieur Karguna, Monsieur Tarsono, Monsieur Eri, Monsieur Dedi, Madame Wea, Riyaz, Monsieur Wawan, Monsieur Dumesnil (direktur IFI Surabaya... dulu), dan para pengajar serta staf lainnya yang tidak mungkin tersebut satu-satu.

Credits to Galang Amanda Dwi Pamungkas, taken from Facebook Photos

Merci Beaucoup, Madames, Monsieur.
Best regards,
Si pendiam dalam kelas, yang bercita-cita menjadi guru, Hani Ramadhan, DDIP angkatan 3

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh