Senin, 29 Agustus 2011

Besok Idul Fitri 1432 H, Berikut Kesempatan dan Keputusan yang Sudah Saya Ambil

Assalamu'alaikum wr.wb.
Rasanya sudah berabad-abad saya tidak ngeblog~ (berlebihan mode on)

Sehubungan dengan selama puasaan saya tidak ngeblog. Sebelumnya saya mohon maaf lahir batin kepada semua pembaca. Mulai dari nol lagi ya~ (a la SPBU pertamina)

Meskipun begitu, masa puasa ini saya tidak berleha-leha di rumah saja. Banyak sekali (se-ka-li) kegiatan kampus yang saya kerjakan. Mengurus buka bersama, screening,dan kawan-kawan, dan lain-lain. Yah seru sih.. tapi dalam beberapa kesempatan saya tidak bisa di rumah. Lagipula suasana di rumah agak hambar, tidak ada saudara-saudara. Mas ada di Makassar, Mbak ada di Jakarta, sepupu ada di Probolinggo. Mungkin, buka di kampus malah lebih terasa menyenangkan daripada di rumah. Di rumah hanya ada Ibu, Budhe dan kadang-kadang Bapak.

(ya... tidak seberlebihan ini sih. pic credits to: blogs4funny.com)

Ya... Sebenarnya saya menaruh rasa hormat yang tinggi kepada beliau-beliau. Tapi, terkadang saya merasa tertusuk oleh over-expectation dan pandangan beliau-beliau terhadap saya. Maklum, mungkin beliau-beliau belum bisa menempatkan posisi di kaki saya. Beda zaman juga mungkin.

Namun, setelah H-sekian lebaran (Alhamdulillah) saudara-saudara saya berdatangan ke rumah semua. Dan saya menceritakan sekelumit derita saya kepada mereka. Dan mereka sadar dan berusaha santai saja. Toh, buktinya mereka sukses-sukses saja. (semoga saya juga bisa seperti itu, dengan cita-cita saya yang seperti itu)
(ku ingin menjadi yang kuinginkan. Ingin ku jadi guru, ingin ku jadi menteri pendidikan. Aamiin. pic credits to: ayo-ngaji.blogspot.com)

Dan dalam momen ini saya mencoba berkiprah dalam surat menyurat(Baca: kirim kartu lebaran) ke beberapa teman saya yang mungkin saya anggap ingin keep-in-touch . Teman yang berada jauh di sana, seorang perempuan yang memiliki masa lalu dengan saya, seorang perempuan yang suka menulis, dan seorang perempuan yang sebutlah memiliki janji dengan saya melakukan surat menyurat ini. Saya mengirimnya dengan menggunakan perangko (kantong mahasiswa). Namun, kata pegawai pos-nya sampainya bakal lama. Ya sudahlah, biar waktu yang menjawab semua itu. Bagi banyak teman-teman yang saya tidak kirimi kartu lebaran, saya mohon maaf, karena urusan finansial.
 (kartu lebaran digital... emm yaweslah. pic credits to: suceve.blogspot.com)

Nah, menyangkut lagi tentang lebaran. Di negeri tanah air tercinta saya ini, Indonesia, terjadi gonjang-ganjing akibat penentuan 1 Syawal 1432 H. Di kalender sudah tercetak merah tanggal 30 Agustus 2011 dengan tanda Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Namun, berhubung beberapa pendapat menyatakan terlihatnya hilal belum memenuhi syarat jatuhnya awal bulan baru. Maka, 1 Syawal 1432 H pun diputuskan jatuh hari Rabu, 31 Agustus 2011.
Yah, Alhamdulillah yah. Mungkin dalam semua perbedaan ini akan tercipta keharmonisan Indonesia, dan juga ukhuwah yang lebih baik lagi antar sesama Muslim. Aamiin

Sebelum kiriman ini saya akhiri, ada baiknya saya meminta maaf lahir batin lagi. Menyangkut Idul Fitri 1432 H, yang akan jatuh esok hari.
Taqoballahu minna wa minkum. Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin. Hani Ramadhan sekeluarga.
 (kembali suci di hari fitri. pic credits to:  edo-ding.blogspot.com)

Terima kasih banyak sudah mau membaca, kurang lebihnya saya mohon maaf. Sekian. Wassalamu'alaikum wr.wb.

Minggu, 03 Juli 2011

Pelajaran Kehidupan Bisa Diperoleh dari Mana Saja, Walaupun Kita Hanya Melihat

Assalamu'alaikum wr.wb.
Wah, sudah lama sekali saya tidak posting. :)
Kangenkah ? (ya enggak lah, followernya dikit)

Sudah akhir semester genap. Setelah susah payah derita dan usaha, akhirnya saya sudah melanglang buana melewati semester yang kelihatannya santai tapi ajaib ini.

Yah, mungkin anda pernah dengar situs keramat buat anak ITS yang namanya integra, situs sistem akademik online ITS, sehingga nilai-nilai yang keluar pasti ada di situ. Itulah yang namanya situs keramat di awal dan akhir semester. Nilai dan pertaruhan mata kuliah semester berikutnya.

Bisa dibilang kotak pandora sih, kita tidak akan tahu nilai yang keluar seperti apa, tergantung dosennya. Dan setiap membuka pasti deg-degan. Namanya juga nilai. Selalu misterius. Kalo dibuka bisa kecewa ataupun senang *sujud syukur mungkin*

Mungkin itu hanya sekilas info yang mengawali postingan saya hari ini. Pelajaran yang saya dapat dari sana adalah ketulusan. Ketulusan mencari ilmu sepertinya suatu topik yang saya resapi di sini.



Pelajaran ini saya dapatkan menghadapi teman-teman saya yang mungkin derita bersedih menghadapi kenyataan si situs kotak pandora (baca: integra). Mungkin nama-namanya tidak saya sebutkan di sini. Hanya beberapa penanda seperti A, B, C dan seterusnya.

Mulai dari si A. Teman sekelas kalkulus saya. Yah biasalah mungkin penyakit anak pandai :D. Ketika mungkin A tidak menerima kenyataan bahwa dia mendapat nilai tidak sebaik teman saya yang A rasa tidak lebih pintar dari A. Di sini saya dan beberapa teman saya yang lain berusaha menyadarkan bahwa segala gerutuan yang A lontarkan tidak seharusnya dia lontarkan. Karena pada awalnya A menggembar-gemborkan orientasi ilmu, bukan orientasi nilai. Tapi, teman-teman yang lain memberikan pendapat bahwa yang A katakan tidak sesuai dengan kata-katanya dulu. Istilahnya ya mungkin mulut tidak sejalan dengan hati.



Iya, hati. Hati teman-teman saya yang lain merasa trenyuh ketika mendengar hal itu. Mereka protes di sana-sini (berusaha mengembalikan kesadaran A dan ingatannya ketika berbicara orientasi ilmu). "Seandainya memang kamu merasa dirimu orientasi ilmu, bukanlah tindakan yang tepat jika kamu sekarang menggerutu, karena ilmu yang didapatkan tidak diukur dari nilai. Tetapi ke dalam dirimu sendiri, apa saja yang kamu dapat ketika proses menimba ilmu itu," ujar salah satu teman saya.
Mungkin si A sekarang sedang berusaha introspeksi diri, dan menyadari bahwa untuk mencari ilmu butuh ketulusan. Ketulusan untuk mencari ilmu tidaklah diukur dari hasil akhir.

Nah, sekarang si B, yang terkesan didzalimi oleh dosennya. Dan masih si imut kalkulus (tapi kelas lain). Sekelas nilainya D sama E semua! (saya juga syok, tapi mau bagaimana lagi). Mungkin ini yang terbaik. Eits, belum saatnya menyesal dan menerima. Si B dan teman-teman sekelas merasa ada sesuatu yang salah dengan ini. Berusaha memperjuangkan kebenaran, berangkatlah si B menuju peraduan (tempat dosen maksudnya). Entah kenapa, dosennya terlalu tidak jelas, si B akhirnya pasrah menunggu keajaiban nilai. Sampai sekarang, si B masih menunggu, dan akhirnya nilai kelasnya tidak banyak berubah.
 
Yang saya salut dari si B ini adalah kesabarannya dalam memperjuangkan nilai, walaupun pada akhirnya tetap menerima karena nilainya tidak banyak berubah, dan si B tetap legawa untuk menghadapi semua ini. Tetap semangat, B!



Lalu, lain cerita si C. Si C curhat ke saya suatu ketika setelah nilai suatu mata kuliah keluar. C bercerita (agak gerutu keluh kesah) mengapa nilainya bisa lebih jelek dari temennya yang sebenernya diajari oleh si C. Mungkin si C tidak terima *yah kasusnya mirip-mirip lah sama si A*. Tapi, yang membedakan begini, si C takut ketika misalkan temennya yang diajari itu tidak membalas budi baiknya. Mungkin inikah yang dinamakan pamrih? Lalu, saya berusaha menjadi manusia baik *manusia baik, katanya*. Berusaha memberi pengertian. Jika ketika berhadapan dengan situasi seperti itu, saya (jika menjadi C) tidak masalah bagaimana akhirnya si yang diajari itu membalas kebaikan kita atau tidak, tetapi kita akan merasa lebih senang ketika yang diajari mengerti apa yang kita beritahukan kepada yang meminta diajari. Cukup itu. Entah si C merasa lebih baik atau bagaimana, paling tidak saya merasa saya sudah memberikan yang terbaik.

Okeh, mungkin sekian. Kesimpulannya, meskipun saya tidak di posisi mereka rasanya saya bisa merasakan kesedihan mereka. Tapi, ada satu kendala yang saya takutkan di sini. Ketika saya ada di posisi mereka, apakah saya bisa menjalani semua yang saya katakan di sini. Sebagai manusia yang sok-sokan baik hati? Mungkin iya, mungkin tidak. Semua tergantung pada diri saya.

Sebelumnya terima kasih juga ke teman-teman yang sudah saya ceritakan di sini. Kalian memberikan pelajaran berharga

Bismillah. Semoga ucapan saya dan hati saya selalu sejalan, sehingga semua amal yang saya ucapkan dan perbuat bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri selalu. Amin.


Sekian, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selasa, 19 April 2011

Rembulan di Padang Biru

Ketika di sini...
Seiring langkah kaki ditapakkan menuju cahaya
Cahaya yang berada di ambang pintu
Mengusikku dalam lelah
Namun, tidak menyerah

Semakin lama dan semakin jauh
Namun semakin lelah
Namun semakin terang cahaya-Nya
Sudah dua langkah ku ada di luar pintu tersebut
Oh, apakah yang terjadi

Secercah cerah nan indahnya
Tapi tidak silau
Ketika kupacu langkahku
Aku tidak menjauh
Aku semakin dekat

Betapa indahnya, indah kebesaran-Nya
Ketika suatu cahaya rindang dihadapkan kepadaku
Cahaya bundar di langit biru yang tidak berbintang
Dengan selimut jingga pucat, begitu jelas namun sungguh samar
Sungguh indah kuasa-Nya
dan kuucap Subhanallah

Namun, langkah ini tidak boleh terhenti,
Namun, langkah ini tidak boleh terusik,
Ketika langkah ini sudah mulai melambat
Matilah sudah

Dalam jangkauan keagungan makhluk-Mu,
Sang waktu,
Aku memohon kepada-Mu, wahai Pencipta Yang Maha Esa
Cahaya-Mu di padang biru ini tidak akan pernah pudar
Padang biru ini adalah perjuangan
Padang biru ini adalah kesempatan
Untuk menjadi hamba-Mu yang senantiasa akan selalu bersimpuh di hadapan-Mu

Bismillahirrahmanirrahim