Kamis, 07 September 2017

Mereka yang Merantau, Mereka yang Merindu

*tulisan ini berdasarkan hasil pemikiran pribadi dan muncul dari kisah-kisah kawan seperjuangan, jika memang ada yang tersinggung mohon dimaafkan

"Selamat ya, bisa berangkat ke luar negeri"
"Titip kamu selamat aja deh"
"Semoga perjalanannya berkah dan bisa membawa manfaat"
"Ingat untuk pulang ya"
....
Alhamdulillah banyak ucapan doa yang menyertai kepergian insan Indonesia yang memilih untuk menjejakkan kaki ke luar tanah air ini. Untaian kata ini juga berlaku kepada mereka yang disertai takdir-Nya melepas tatapan keseharian dengan keluarga mereka terutama orang tua. Orang tua yang selalu kita kecup tangannya setiap hari ketika akan bertolak dari pintu rumah kita yang sederhana.
Ketika lepas dari beliau-beliau beberapa hari kemudian, mereka yang beranjak dari kampung halaman terpaut dengan segala tugas, tumpukan pekerjaan, rangkaian skenario eksperimen, atau lautan artikel ilmiah untuk disantap. Mereka yang serius mengerjakan itu tiba-tiba merasa ada perasaan aneh di dalam hati. Rasa penasaran. "Bapak di rumah bagaimana ya kabarnya? Ibu sehat-sehat tidak ya? Adik sekolahnya lancar tidak ya?"
Mereka khawatir terhadap keadaan keluarga yang mewarnai hidupnya sehari-hari. Perasaan kosong. Galau. Ya, mereka merindu. Merindukan memberi ucapan salam ketika datang ke rumah entah setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Sekali lagi, ada mereka yang tak bisa pulang dalam waktu yang mudah ditentukan. Bisa jadi baru bisa pulang 6 bulan kemudian, 1 tahun lagi, 2 tahun? Atau malah tidak ada yang tahu.
Teknologi yang canggih pun rasanya tak mampu melipur lara akibat rindu. Meski mereka melihat wajah ayah dan ibu di layar ponsel, kadang terpikir, "kapan aku pulang ya?" Berkhayal mencium pipi dan mengelus tangan yang semakin keriput dan ringkih itu. Berharap ketika mereka menyelesaikan perjuangan, sosok idaman yang memberi naungan sejak kecil itu berada di depan mereka.
--
Rindu itu menyulitkan. Rindu itu menyesakkan. Rindu itu membuat air mata kita jatuh di tiap malam. Namun, kawan, ingatkah engkau? Akan janji Tuhan yang tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba-Nya?
Kawan, jika memang rindu itu membuat kita merasa berat, maka mungkin kerinduan itu adalah salah satu ujian. Mungkin kerinduan itu adalah salah satu cara Allah untuk menunjukkan bagaimana membuat kita bisa menyampaikan kasih sayang kita terhadap orang tua dengan lebih indah dengan jarak yang jauh.
Sampaikanlah cintamu, kasih sayangmu, harapanmu lewat manapun. Namun, tentu kita ingat yang utama, bagaimana skenario kita sampai di titik perjuangan kita ini. Titipkan semua itu ke sutradara utama kisah-kisah ini, melalui sujud yang bahkan kita usahakan dengan keras. Melalui doa-doa yang kita alirkan tiap malam, pagi, siang, dan sore. Hadirkanlah cinta dan cita itu di tiap titik peluh di kursi kuliah kita, di lelahnya mata kita pada baris-baris kata pada tumpukan artikel itu, dan di kilatan-kilatan tiap titik di layar komputer itu. Kuatkan hati, sampaikan rindu, titipkan cinta.

Salam,
Dari saya yang juga sedang berjuang bersama kerinduan.

0 komentar:

Posting Komentar