Senin, 14 Juni 2010

Seandainya...Besok Sudah Tidak Terdengar Adzan

Assalamu 'Alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah... Sudah tulisan ke-4 (setelah berminggu-minggu hengkang dan terlunta-lunta)...

Mungkin banyak atau sebagian atau sedikit dari kita umat muslim, yang menyadari panggilan lima kali sehari untuk bertandang menghadap Allah SWT secara rohaniah ini untuk mencanangkan tiang agama ini. Ya, itulah Adzan...

Mungkin banyak dari kita sendiri yang tidak beruntung untuk bisa mendengar adzan Subuh dalam terbukanya mata di pagi hari. Dan alhamdulillah masih bisa melaksanakan salat Subuh. Lalu, melanjutkan aktivitas seperti biasa.

Tapi, seandainya adzan tidak pernah bisa terdengar lagi atau tidak pernah bisa didengar lagi di dunia -Astaghfirullah, Naudzubillahi min dzalik-. Apa yang akan kita lakukan?

Entah mengapa, terbersit hal ini dalam pikiran saya pukul dua pagi (terbangun dan tidur lagi). Mungkin saya hanya bisa menangisi telinga saya (kesimpulan satu: karena mungkin telinga saya yang bermasalah), berdoa dan pasrah (kesimpulan dua: karena mungkin ajal sudah menjemput), atau tidak tahu harus berbuat apa (kesimpulan tiga: karena suatu alasan, satu hal yang bernama "adzan" sudah terhapus dari dunia ini -naudzubillah-)

Dari tiga kesimpulan di atas, karena dua kesimpulan yang awal sepertinya saya tidak tahu harus mulai dari mana untuk dibahas, saya memutuskan untuk beropini di kesimpulan ketiga.

Hmm... Mungkin suatu hal yang aneh jika terpikirkan. Tidak ada adzan. Apakah mungkin, jika tidak ada salat lagi? Tidak ada bacaan Al-Quran? Atau bahkan, Islam lenyap dari jejak kehidupan? -Alhamdulillah jika jawabannya semua itu tidak mungkin terjadi-

Hanya saja, jika terjadi. Apa yang akan kita lakukan? Jika seakan-akan ingatan tentang Islam lenyap seketika dan tidak bisa berbuat apa-apa. Saya mungkin akan melakukan ingatan kilas balik menuju pengetahuan tentang waktu ketika para Rasul menyebarkan ajaran tauhid. Betapa kerasnya perjuangan beliau-beliau untuk memperjuangkan agama Allah dengan bukti-bukti yang nyata. Walaupun berkali-kali ditolak dan dimusuhi, Beliau-beliau tidak pernah menyerah. Beliau-beliau mengumandangkan dakwah untuk menganut ajaran tauhid. Namun, tidak digubris bahkan terseret dalam kondisi sampai nyawa hampir melayang.

Apakah saya mampu membangkitkan Islam kembali? Melakukan dakwah saja saya masih berusaha dengan kemampuan saya yang terbatas dan itupun belum mencapai kata maksimal.Entah mengapa, seperti mengobarkan asa dalam selimut keputusasaan yang tebalnya tiada terukur. Tapi, usaha tersebut adalah suatu keharusan jika hal itu memang terjadi ataupun dalam keadaan seperti ini.

Saya sadar betapa mulianya panggilan salat tersebut. Terlebih lagi agama Islam itu sendiri. Andaikan besok sudah tidak terdengar adzan (saya akan memeriksakan diri ke dokter THT ~maaf, sedikit sisipan tidak penting), saya ingin membangkitkan adzan itu kembali.

Mungkin sekelumit kobaran semangat dan asa yang terketik oleh jemari saya hanya akan memenuhi sepersekian juta dari jagad maya ini. Namun, terima kasih bagi siapapun yang membaca, dan saya mohon kritik, saran dan komentar. Maaf apabila terjadi salah pengertian, salah kata, salah ketik, dan kekacauan tulisan saya.

Syukron. Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

0 komentar:

Posting Komentar