Senin, 03 Mei 2010

Andaikan Sekolah seperti Piknik...

Assalamu alaikum Wr.Wb..

Mungkin sudah santer di
telinga sebagian orang kalimat-kalimat "Gedung sekolah roboh", "Beberapa ruang kelas bocor dan sekolah kebanjiran, siswa terpaksa diliburkan", dan lain-lain. Berita-berita tersebut agaknya menggelitik hati saya dengan menuliskan posting ini.

Kondisi sekolah dan lembaga pendidikan yang memprihatinkan tersebut tentunya melemahkan semangat para pejuang Tut Wuri Handayani era kini, baik guru, maupun murid. Haruskah perjalanan panjang bangsa Indonesia terus-menerus tersandung kerikil-kerikil seperti ini?

Memang bidang pendidikan adalah suatu perjuangan keras bangsa Indonesia di tengah-tengah polemik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Namun, tidak menutup kemungkinan pula pendidikan Indonesia bisa dan mungkin menjadi nomor satu di kancah persaingan internasional (setelah perjuangan dan perjalanan panjang tersebut tentunya).

Kembali ke fasilitas berupa gedung sekolah. Begitu banyak masalah yang tersebar dalam perawatan gedung sekolah dan perawatan tersebut tidak akan selesai dalam waktu singkat dan otomatis akan mengganggu proses belajar mengajar. Lalu, tiba-tiba terpikir sebuah ide di benak saya, mengapa sekolah harus di sebuah gedung?

Tapi, saya juga merasa prihatin juga terhadap murid-murid SD dan TK (bayangkan, teman! SD dan TK) harus bergantian menerima pendidikan mereka di sebuah lumbung padi. Sungguh sebuah kenyataan yang menyakitkan hati, bukan? Dan tentu saja bukan ini solusi yang saya pikirkan untuk menggantikan suatu bentuk "fisik" sebuah gedung.

Lalu, apa? Setelah saya menggali benak lebih dalam lagi dan melihat inovasi-inovasi yang pemerintah telurkan. Terpikirlah sekolah keliling. Ketika sudah ada perpustakaan keliling, SIM keliling, dan keliling-keliling lainnya. Mengapa sekolah tidak bisa? Paling tidak sebuah kelas keliling. Terlebih lagi, banyak murid penderita "susah sekolah" termasuk dalam golongan tidak mampu. Menurut pemikiran saya, bukan hal mustahil sekolah diadakan seperti piknik.

Pertama-tama menjemput para murid di rumah masing-masing, atau mengumpulkan para murid di satu tempat yang lebih mudah dijangkau murid. Dalam alat transportasi "sekolah keliling" sudah tersedia lemari (seperti loker) untuk menyimpan buku-buku dan alat tulis yang dibutuhkan para murid. Kemudian, para murid dibawa ke suatu tempat alami yang menurut sang guru cocok dan nyaman untuk belajar mengajar pada mata pelajaran hari tersebut. Setelah itu, sang guru bisa menggelar tikar atau karpet untuk alas duduk para murid dan menyiapkan papan tulis yang bisa dibawa ke mana-mana bila perlu. Disambung siang hari untuk makan siang dengan bekal sendiri-sendiri atau saling berbagi satu sama lain (tukar bekal) atau mungkin pihak sekolah menyediakan konsumsi. Dengan begitu, suasana kelas dan belajar mengajar akan semakin mengasyikkan dan seru.

Mungkin sedikit banyak ide ini akan menguras lebih banyak biaya operasional pendidikan (asalkan korupsi dan potong uang sana sini tidak ikut-ikutan ambil bagian). Namun, jika demi kebaikan dan kemajuan pendidikan Indonesia, siapa tahu layak dicoba.

Mohon kritik dan saran yang membangun. Terima kasih sudah membaca....

Wassalamu alaikum Wr.Wb.

2 komentar:

  1. baru ya om blognya.
    boleh juga idenya, tpi bener, ntar malah lebih mahal lo. lagian, kalo ujan ntar gmn?
    ya ndak papa lah pke gedung skolah, tp skali2 bikin outdoor class, itu baru seru.

    BalasHapus
  2. baru dong.... :D

    Kan.. keliling-keliling.. keliling ke mana aja bisa... terserah Guru..
    tempat teduh kan juga bisa...

    BalasHapus