Minggu, 19 Desember 2010

JENUH? Apakah Mungkin Kita KURANG BERSYUKUR?

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jumpa lagi di suatu hari yang baru dan suasana yang baru (karena sudah lamaaaa sekali tidak update, hehe)

Semenjak kuliah, rasanya sudah tidak ada lagi waktu kosong, kecuali jika waktu kosong tersebut dibuat sendiri atau diluangkan (dan bukan bermaksud untuk mengatakan "membolos" karena memang bukan itu kenyataannya). Beratnya kuliah baru sangat terasa di dalam kehidupan sehari-hari. Entah karena tugasnya yang memang amat berat, praktikumnya yang kejam, maupun adaptasinya yang dipaksakan. Namun, di balik semua ITU PASTI ada HIKMAH yang tersadari maupun tidak. Pasti dan selalu ada.

Mungkin pernah terpikir, dari semua badai akademis dan non akademis yang kian keras menerpa diri, ada suatu rasa bosan, jenuh, sumpek, malas, tidak mood, dan lain-lain yang menghambat produktivitas kita untuk beraktivitas, baik tugas dan kehidupan sosial. Mungkin pernah terpikir untuk menyingkirkan diri sebentar (atau lama, pada intinya: selama rentang waktu tertentu) dari semua rutinitas yang ada. Dan sesungguhnya keadaan-keadaan itu bukanlah isapan jempol belaka dan terjadi dalam kehidupan sendiri.

Kuliah, yah... Memang seperti itu adanya...

Tapi, setelah perjalanan 1 hari mengembalikan mood untuk bekerja, sebuah inspirasi pun datang ke dalam pikiran tentang apa yang menyebabkan pemikiran "kuliah" itu "berat". Saya pun mendapat inspirasi dan hidayah, bahwasanya saya mungkin KURANG BERSYUKUR terhadap karunia "kuliah" yang diberikan Allah SWT ini.

Sesekali dan terkadang, rasanya pemikiran ini benar juga. Tiap ada tugas maupun masalah yang banyak dan rumit, sesekali saya menghindar dan merasa malas, suatu kejenuhan bukanlah suatu alasan. Seandainya saya bersyukur atas semua karunia "kuliah" ini dan berusaha menyelesaikannya satu per satu, pastilah kejenuhan itu tidak akan datang. Tiap ada masalah sosial dan interaksi dengan teman kuliah, suatu penghindaran dan pura-pura tidak tahu bukanlah suatu tindakan yang tepat. Seandainya saya lebih bersyukur karena mendapat teman-teman baru dan mendapat kesempatan bagaimana cara menghadapi masyarakat kecil, rasa malas itu tidak akan menghampiri.

Dan jika kita bersyukur masih bisa menginjak bangku kuliah dan mampu mengadakan aktivitas dalam kehidupan, rasa putus asa akan hilang dengan perlahan atas izin-Nya dengan seluruh upaya kita mendekatkan diri kepada-Nya.

Mungkin sedikit pikiran negatif: malas, jenuh, bosan, dan kawan-kawannya, bukanlah musuh-musuh yang tiba-tiba datang sendirinya. Dan sebenarnya, musuh dalam bentuk yang tidak disadari adalah setan-setan dalam diri kita yang memunculkan pikiran-pikiran tidak 'nggenah' itu. Maka, kesimpulannya musuh terbesar dalam menjalani hidup sebenarnya tidak selalu dari luar diri. Tapi, batu sandungan yang sepertinya kecil dan tidak terlihat yang kita keluarkan sendirilah yang sebenarnya menjadi musuh besar kita, dalam mengemban semua amanah yang ada, yang paling utama adalah sebagai khalifatu lil ardl dan tugas-tugas lainnya.

Mungkin hanya itu saja dan baru sesedikit itulah tulisan yang diketik (lewat ponsel, karena laptop sedang rusak) ketika subuh ini karena inspirasi yang datang.

Sekian, semoga bermanfaat, mohon maaf jika terjadi salah kata, atas kelebihan, saya serahkan kepada yang Maha Kuasa, dan atas kekurangannya mohon maaf dan kritik sekaligus saran yang membangun.

Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(jangan lupa dikomen ya..)

Minggu, 12 September 2010

Mohon Maaf Lahir dan Batin (yang terlambat)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mungkin ada sekian juta salah kata terucap dari bibir
Mungkin ada sejumlah daun di bumi salah kelakuan dari tubuh
Mungkin ada sebanyak partikel Hidrogen di alam semesta ini gunjingan buruk dalam hati

Adalah suatu keinginan untuk menghapus itu semua
Adalah suatu kebutuhan untuk mengeringkan semua dosa
Adalah suatu kewajiban untuk meminta maaf untuk semua dosa itu

Meskipun terlambat menggapai momen hari fitri untuk bermaafan dalam blog ini
Namun, tiada kata terlambat untuk saling memaafkan di kemudian hari dan seterusnya...




sekian.. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Sabtu, 03 Juli 2010

Masa SMA yang Terlalu berharga jika Tidak Dimanfaatkan

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sehubungan dengan telah berlalunya MPDK V (Malam Perpisahan dan Kesenian Smala) pukul 23.00 kemarin, rasanya sudah suatu kewajiban bagi saya untuk mengabadikan sekelumit kenangan masa putih abu-abu dalam blog ini. Namun, bagaimana pun juga, mungkin saya akan menyertakan banyak sensor yang ditandai dengan —piiiiiiiip—alias tidak boleh ditunjukkan kepada umum. Karena itu, mohon maaf sebesar-besarnya.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada para panitia MPDK V 2010 yang membuat penutup saat-saat penuh kenangan yang tercurahkan di masa SMA ini.

Sebelumnya, jika boleh diutarakan sedikit, saya merasa diri saya termasuk orang “seperlunya” saja dalam menghadapi masa SMA ini.
Maksud saya adalah:
1.    Belajar seperlunya
2.    Berorganisasi seperlunya
Tapi, dalam ke-“seperlu”-an yang saya jalani, saya mencurahkan segala yang saya bisa dalam melakukan kegiatan “seperlunya” (bukan bermaksud congkak, tapi saya memang merasa seperti itu). Dalam tanda kutip belajar memang seharusnya seperlunya saja ketika ada kuis, presentasi,dan ujian esok hari.

Semua kegiatan yang seharusnya seorang SMALANE (sebutan bagi warga SMA Negeri 5 Surabaya) sudah saya usahakan sebaik-baiknya. Termasuk yang mulai dari paling awal sekali: MOS (Masa Orientasi Siswa) yang dinamakan PERISAI (Pekan Orientasi Almamater Lima) yang berisi —piiiiiiiip—.

Dalam PERISAI, sudah banyak drama emosi diri yang berulah dalam panggung selama tiga (3) hari, mulai dari air mata, solidaritas, mental, pengabdian, tujuan dan orientasi hidup, dan seterusnya. Bahkan, mulai dari PERISAI itu juga sudah muncul benih-benih pelajaran berharga yang bisa dituai di kemudian hari.

Lalu, berlanjut di pengenalan tentang sesuatu yang bernama “generasi”. Jika di SMALA (sebutan SMA Negeri 5 Surabaya), adalah suatu keluarga besar dari tahun ke tahun,generasi adalah versi kecil keluarga SMALA yang diwakilkan dalam kelas yang ditempati seorang SMALANE per nomor kelas (misal: kelas X-1, maka smalane X-1 tahun sebelumnya merupakan generasi X-1 yang sekarang dan bermula dari X-1 yang paling tua berlanjut hingga X-1 yang paling muda). Sehingga,sangat eratlah rasa kekeluargaan yang tercipta antarangkatan di SMALA ini. Terlebih lagi, mereka yang tergabung dalam satu (1) ruang kelas, akan tercipta ikatan yang sangat berharga melampaui rasa sosial antarindividu biasa.

Dalam lingkungan kelas tersebut, selain samudra waktu yang sudah diarungi bersama-sama, perbukitan kegiatan yang terjal dan berliku menambah ilmu masing-masing SMALANE dalam kacamatanya sendiri-sendiri. Entah itu ilmu secara harfiah (ilmu pelajaran), maupun ilmu kehidupan.

Banyak sekali cobaan yang suatu kelas mungkin jalani. Tapi, ada beberapa hal yang pasti. Yaitu CHEERLIAR (aksi cheerleader dengan peserta laki-laki semua), TG (Temu Generasi), BUBER-GEN atau Buka Bersama Generasi, kegiatan belajar mengajar (ini sesuatu yang wajib [jika tidak, bukan sekolah namanya]), UAS (Ujian Akhir Sekolah), dan lain sebagainya.

Setelah penjelasan umum di atas, saatnya beralih ke pengalaman saya (namanya juga blog, bolehlah berbuku harian sedikit).

PERISAI 2007
—piiiiiiiip—

SEPURONE/SPADE
Nama kelas saya ketika kelas X adalah SEPURONE dan kelas XI dan XII adalah SPADE. Beranggotakan
(postingan sebelumnya)

TG ANGELS
(ANGELS --> Anak Generasi Loro Smala)
Bertempat di rumah Osha, cukup ramai dengan angkatan kelas XI dan XII, tapi alumni yang datang hanya satu (1)

PAS-Q V (Paski Lima)
Sub Seksi (istilah ekstra kurikuler di SMALA) yang paling seru yang pernah saya ikuti (Lha iya, Cuma ini saja yang saya ikuti) karena banyak kejadian dramatis dan penuh perjuangan di sini. —piiiiiiiip—

ANGKATAN 16 PAS-Q V
(postingan sebelumnya)

BUBER ANGELS
Bertempat di rumah Dila, sangat ramai sampai-sampai meluber ke teras dan duduk saling membelakangi. Alumni yang datang banyak.

Tugas-Tugas yang Berkesan
•    Tugas membuat ulasan tentang WAYANG. Bersama Adin, Galuh, Debrina, Vitrho, dan Bela, bekerja keras membuat berlembar-lembar profil wayang yang ada di jagad Mahabarata
•    Tugas FLASH, tiga (3) hari 3 malam sampai berkantung mata. Bersama Adin, Dila, Osha.
•    Tugas SENAM, bersama tim ganjil yang latihannya selalu amburadul tapi berhasil.
•    Tugas BIOLOGI, presentasi per minggu, selalu panik sebelum presentasi siap.
Dan seterusnya...

Kepanitiaan S2EC 2008/2009
Kepanitiaan pertama dan jatuh cinta pada peran PK (Pengawas Kelas). Rasa berpanitia yang rasanya seperti memeras keringat tapi membuahkan kebahagiaan. Jatuh dari kursi dan ditertawakan seruangan (hanya di S2EC 2009).

Dan Kepanitiaan lain (khususnya di SKI)
Saking banyaknya pekerjaan kepanitiaan setengah-setengah karena tidak dibicarakan dengan orang tua dan kejadian-kejadian mendadak lain. Hanya 1 kepanitiaan yang saya bekerja penuh (MUSLIM-MUSLIMAH 2009) sebagai sie konsumsi. Lainnya bisa dibayangkan saja.

SIMKOL 2009
Sim Kolektif 2009: bersama Ratih Puspa Rahmani (sebagai ketua) dan kawan-kawan lainnya, bersusah payah pergi ke COLOMBO,dan menghebohkan karena pesertanya yang cukup banyak dan cukup melelahkan karena menunggu berjam-jam untuk tes dan foto. Bersama Pak Djoko sebagai pembina. (terima kasih,Pak!)

APK (Aspirasi Perwakilan Kelas)
Dengan Cicik sebagai ketua fraksi angkatan saya. Berfungsi sebagai penyetuju atau penolak kegiatan di SMALA ini. —piiiiiiiip—

Apa lagi ya???

Sudahlah... Mungkin cukup sekian buku harian saya yang tidak penting ini. Hanya sebagai momentum saja. Karena semua ini terlalu berharga untuk dilupakan. Oh,ya mungkin bagi kawan-kawan yang tidak tersebut, mohon maaf ya. Mungkin ingatan saya masih mampu menampungnya dan saya tidak tahu bagaimana caranya menuliskannya

Kembali ke topik: Masa SMA yang Terlalu Berharga Jika Tidak Dimanfaatkan

Di masa SMA ini saya mempelajari banyak hal. Mulai dari:
1.    Kenali diri sendiri.
2.     Mengenali orang lain dan sifat yang penting dari mereka, pelajari bagaimana bersikap terhadap sifat-sifat itu.
3.    Berorganisasi itu penting.
(nomor 2 dan 3 saling berkaitan lho)
4.    Cita-cita itu harus dicapai. Tidak ada masa depan tanpa cita-cita (tapi jangan sampai cita-cita menjadi orang menderita)
5.    Keluhuran budi pekerti tetap nomor satu.
Akhirnya.... maafkan saya jika terlalu panjang.

Mohon maaf jika terjadi salah-salah kata, terima kasih.

Sekian,Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

PAS-Q V angkatan 16

Angkatan yang terbentuk ketika murid baru masuk sebagai anggota PAS-Q V (angkatan saya  16) semoga kompak selalu

(Berurutan per  kelas)
Eben Amadangi Gratias Putra (seperti disebut di postingan SEPURONE ) X/XI/XII-2
Galuh Puspa Ayu Wigansari (seperti disebut di postingan SEPURONE) X/XI/XII-2
Hani Ramadhan (saya) X/XI/XII-2
Tarosa Yodia Urolita (seperti disebut di postingan SEPURONE)X/XI/XII-2
Arifah Diar Yulistianiska (Ipah, si kecil nan manis) X/XI/XII-3)
Chintya Putri Damayanti (Chinty, sering berperan sebagai sie Acara, wakil Sekretaris I OSIS) X/XI/XII-3
Dhika Wahyu Octaviani (Dhika, sering berperan sebagai sie Humas, sekretaris PAS-Q V tahun 2009/2010) X/XI/XII-3
Maulvi Rizka Adzimatullah (Moly, ketua PAS-Q V tahun 2009/2010) X/XI/XII-3
Mutiara Mahardhika Robiatul Barqyah (Muti,wakil ketua PAS-Q V 2009/2010) X/XI/XII-3
Anggitya Larasaty (Anggyt, seorang yang dapat dipercaya sebagai teman maupun pembawa amanah) X/XI/XII-4
Azmi Karima (Rima, wanita bijak si Ketua I MPK 2008/2009) X/XI/XII-4
Cicik Setyo Budi Utami (Cicik,koleris sejati, ketua fraksi APK angkatan saya) X/XI/XII-4
Dimas Budisatyo Yudho Prakoso (Dimbud, terkadang menyebalkan ditambah sifat kolerisnya) X-4/XI-S/XII-S
Alifia Nurrizky Virrayani (Vira, terkadang mencerna informasi membutuhkan waktu –maaf,Vir--) X/XI/XII-5
Ema Fitriana (Ema, pecinta Paduan Suara) X/XI/XII-6
Ibnu Wahyu Cahyono (Ibnu, tipe mengejutkan dan tidak bisa ditebak, ngengkelan) X/XI/XII-6
Aisyah Fitri (Ais, Si kerudung juga, Bendahara PAS-Q V 2009/2010, paketan sama Eja’) X/XI/XII-7
Renatha Yoga Agung Prasetya (Yoga/Rence, Anggota SKI juga) X/XI/XII-7
Reza Claudia Istanto (Eja’, paketnya Ais, Wakil Bendahara I OSIS 2008/2009) X/XI/XII-7
Vladimir Vilardo (Vlad, hobi: ngeluyur ke luar negeri) X/XI/XII-8
Birgita Gloria Tombokan (Birgit/Tomby/Mbok, Si Gendut, suara bagus, hampir selalu berlebihan) X/XI/XII-9
Emir Sukma Ahaddi (Emir, Si Tinggi, Pengawas 2 MPK 2008/2009) X/XI/XII-9
Himas Muhammady Imamullah El Hakim (Himen/Himas, si aktif, Sekbid 2 OSIS 2008/2009) X-9/XI-S/XII-IS

SEPURONE/SPADE

Nama kelas saya ketika kelas X adalah SEPURONE dan kelas XI dan XII adalah SPADE. Beranggotakan

Alfi Zulfiandra Kresna (Alfi, sudah hengkang ke kelas Akselerasi)

Andityo Sidohutomo (Dindit, atlet renang)

Christy Rudita Rivanti (Christy, teman sebangku saya, suara bagus dan pintar bernyanyi, unusual violet-lovers)

Debrina Puspitarini (Debrina,sering dicurhatin teman-teman sekelas)

Dinullah Bayu Ibrahim (Adin, teman dekat rumah, pintarnya subhanallah)

Eben Amadangi Gratias Putra (Eben, teman PAS-Q V (nanti saya jelaskan), badannya besar dan tingkahnya usil)

Edwin Suharlim (Edwin, Papanya terkenal lho, terkadang apatis, sungguh rajin dan pandai jika diperlukan, sepertinya punya affair dengan Dena)

Fadhilah Rahmah Pratiwi (Dila, si kecil, jago desain dan hobi fotografi, makannya astaghfirullah lama –maaf, Dil--)

Galuh Puspa Ayu Wigansari (Galuh, rajin, pintar, sering memberi tumpangan saya –terima kasih, Luuh)

Gilang Ramadhan (Botes, nama belakangnya sama dengan nama saya, baik hati dan tidak sombong)

Glabela Christiana Pandango (Bela, juga sering memberi tumpangan saya, pintar, baik hati, terkadang mengejutkan)

Hani Ramadhan (ini saya)

Ivan Andre Hartono (juga hengkang ke kelas akselerasi juga)

Katarina Dian Andini (Kate (bacanya Ka-Te bukan Ket), sering saya ajak diskusi tentang isu-isu sosial yang ada, walaupun wajahnya memancarkan kemalasan, tapi dia paling rajin)

Mirban Aulia Rahman Singobanga (Mirban, kadang-kadang menyebalkan tapi sangat kritis dan peduli sesama, sering memberi tips tentang going outdoor, pecinta alam sejati)

Mohammad Vitrho Herrinsyah Putra (Vitrho/Vito, sedikit egois dan suka berorganisasi -katanya- , pecinta futsal, juga sering memberi tumpangan kepada saya)

Muhammad Aulia Nurrahman (Rohman, punya kembaran lho, entah bagaimana seperti tidak kelihatan, tapi, seorang ketua kelas yang bertanggung jawab)

Nadia Citranti Andarini (Dena, si manis dari Al-Hikmah, gambarannya selalu kelinci ala Happy Tree Friends, sering terpergok ada affair dengan Edwin)

Nail Abdurrahman Bawazier (Nail, keturunan Arab yang menggilai futsal dan sepak bola, tipe easy-going­)

Nurafiatullah (Afik, ahli fisika, jago olahraga, ada penggemarnya)

Qori Emilia (Qori, salah satu siswi berkerudung, jika sedang panik terkadang menyebalkan)

Radityo Bagus Wicaksono (Bagus/Sinyo, termasuk salah satu yang bercita-cita menjadi dokter, aktif bertanya)

Reza Tirsadi Librawan (Reza, salah satu trendsetter di kelas, sering menancapkan kabel proyektor ke laptopnya untuk nonton bareng sekelas)

Tarosa Yodia Urolita (Osha, teman sebangku saya, sama panikannya seperti Qori, jika tertawa selalu terdengar sampai sekelas)

Vito Adivta Nugraha (Vito, penggila matematika, juga seorang ketua kelas yang bertanggung jawab yang suka menyuruh Botes sebagai wakil jika dia sedang malas)

Wildan Anugrah Erlangga (Wildan, berbadan gendut, kata-katanya sering pedas)

Yusnia Kurniasih (Yusi, seperti “Nyonya Besar” di kelas, sepertinya jika tidak ada Yusi ada yang tidak rapi)

Zainurrahman Kurnia Putra (Inunk, bercita-cita menjadi dokter juga, baik hati dan tidak sombong)

Muhammad Fauzan Aristyo (Ojan,trendsetter rubik di SMALA, si kecil)

Laila Chudory (Leli, speaker yang cukup berisik, murid pindahan)

Rabu, 30 Juni 2010

Keluarga Cemara, Sekarang di Manakah Sinetron Sarat Makna itu?

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Tulisan ini inspired by tulisan dari newsbenagung tentang... http://newbensagung.wordpress.com/2008/03/05/kurindu-keluarga-cemara/ (maaf ya... mungkin agak tidak sopan) dan thread di Indowebster.web.id http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=57703


Tontonan saya  zaman putih merah (SD maksudnya) tiap setengah 2 (atau setengah satu ya..? pokoknya setelah buletin siang) di RCTI. Sinetron (iya, sinetron) yang memiliki banyak makna tentang pelajaran kehidupan. Kehidupan tentang sebuah keluarga sederhana yang berjuang melawan kerasnya hidup zaman sekarang. Para tokohnya yang sangat sederhana ditampilkan apa adanya dalam tayangan yang kurang lebih berdurasi satu (1) jam dengan iklan.

Sang ayah, atau dipanggil Abah, adalah seorang tukang becak, sebelumnya beliau berprofesi sebagai pengusaha, tapi kemudian beliau ditipu dan akhirnya jatuh miskin. Emak, istri Abah, yang selalu sabar dan setia menemani suaminya. Euis, kakak tertua para putri pasangan Emak dan Abah. Meskipun Euis pernah mencicipi kenikmatan yang pernah Abah dapatkan ketika Abah masih menjadi pengusaha, tapi setelah jatuh miskin, perilaku Euis tidak menjadi serakah dan tidak mau menerima apa yang terjadi. Bahkan, Euis mengikhlaskan semua yang terjadi dan Euis mau membantu berjualan opak sepulang sekolah agar asap dapur di rumahnya tetap mengepul. Lalu, anak kedua, yaitu Cemara, yang biasa dipanggil Ara. Ara sangat mengerti keadaan keluarganya walaupun dia masih duduk di bangku sekolah dasar, Ara sering membantu kakaknya untuk berjualan opak. Pernah suatu kali, Ara terpaksa memotong rambutnya agar dia mampu mengikuti lomba tari yang sebenarnya dikhususkan untuk anak laki-laki agar dia bisa membantu keluarganya. Lalu, anggota terakhir dari keluarga ini adalah Agil. Putri paling kecil dari keluarga ini adalah seorang yang polos dan masih kecil, terkadang dia merasa iri (atau apa ya, lupa bahasanya) dengan orang-orang kaya di sekitarnya yang menyombongkan kekayaannya. Namun, pada akhirnya Agil mampu mengerti keadaan keluarganya yang sederhana sekali tersebut.


Sekelumit paparan saya tentang cerita di atas paling tidak membuka sesuatu yang berlawanan (SEKALI) dengan tayangan-tayangan sinetron masa kini (yang sangat tipikal dengan: 1.cinta 2.glamornya orang kaya 3.yang jahat makin licik, yang baik makin tertindas 4.dan lain sebagainya). Sinetron ini menonjolkan keagungan kasih sayang dan  ikatan sebagai keluarga, yaitu perasaan saling membantu dan kompak antara kakak dan adik, saling pengertian terhadap anggota keluarga, hubungan suami istri yang tulus dan harmonis, serta perasaan berbakti kepada orang tua (bukan saling menjatuhkan antarsaudara, memperebutkan harta warisan, cekcok sana sini, hubungan tidak sehat antara suami dan istri serta yang paling parah kedurhakaan anak terhadap orang tua) yang sangat jelas digambarkan pada theme song-nya. Dan terlebih lagi kesukaan dan keikhlasan dalam menjalani hidup yang berat walaupun dirundung masalah ekonomi yang tak habis-habisnya juga menjadi poin penting utamanya sinetron ini.

Dan sungguh terlalu banyak jika diumbar satu per satu di blog saya...

Seharusnya, menurut saya, esensi dari tayangan televisi (khususnya sinetron) adalah edukasi dan pencerminan budaya bangsa sendiri (budaya bangsa yang dibicarakan bukan termasuk korupsi, kolusi, nepotisme dan sebagainya karena itu BUKAN budaya kita yang sesuai Pancasila). Dan Keluarga Cemara termasuk salah satu sinetron yang saya rekomendasikan untuk tontonan zaman sekarang KALAUPUN masih ada dan ada stasiun televisi yang mau menayangkan ...

Mungkin cukuplah sekian cuap-cuap protes dan rindu saya...

Mohon maaf jika ada salah kata dan ketik...

Sekian.. Semoga bermanfaat..

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Senin, 14 Juni 2010

Seandainya...Besok Sudah Tidak Terdengar Adzan

Assalamu 'Alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah... Sudah tulisan ke-4 (setelah berminggu-minggu hengkang dan terlunta-lunta)...

Mungkin banyak atau sebagian atau sedikit dari kita umat muslim, yang menyadari panggilan lima kali sehari untuk bertandang menghadap Allah SWT secara rohaniah ini untuk mencanangkan tiang agama ini. Ya, itulah Adzan...

Mungkin banyak dari kita sendiri yang tidak beruntung untuk bisa mendengar adzan Subuh dalam terbukanya mata di pagi hari. Dan alhamdulillah masih bisa melaksanakan salat Subuh. Lalu, melanjutkan aktivitas seperti biasa.

Tapi, seandainya adzan tidak pernah bisa terdengar lagi atau tidak pernah bisa didengar lagi di dunia -Astaghfirullah, Naudzubillahi min dzalik-. Apa yang akan kita lakukan?

Entah mengapa, terbersit hal ini dalam pikiran saya pukul dua pagi (terbangun dan tidur lagi). Mungkin saya hanya bisa menangisi telinga saya (kesimpulan satu: karena mungkin telinga saya yang bermasalah), berdoa dan pasrah (kesimpulan dua: karena mungkin ajal sudah menjemput), atau tidak tahu harus berbuat apa (kesimpulan tiga: karena suatu alasan, satu hal yang bernama "adzan" sudah terhapus dari dunia ini -naudzubillah-)

Dari tiga kesimpulan di atas, karena dua kesimpulan yang awal sepertinya saya tidak tahu harus mulai dari mana untuk dibahas, saya memutuskan untuk beropini di kesimpulan ketiga.

Hmm... Mungkin suatu hal yang aneh jika terpikirkan. Tidak ada adzan. Apakah mungkin, jika tidak ada salat lagi? Tidak ada bacaan Al-Quran? Atau bahkan, Islam lenyap dari jejak kehidupan? -Alhamdulillah jika jawabannya semua itu tidak mungkin terjadi-

Hanya saja, jika terjadi. Apa yang akan kita lakukan? Jika seakan-akan ingatan tentang Islam lenyap seketika dan tidak bisa berbuat apa-apa. Saya mungkin akan melakukan ingatan kilas balik menuju pengetahuan tentang waktu ketika para Rasul menyebarkan ajaran tauhid. Betapa kerasnya perjuangan beliau-beliau untuk memperjuangkan agama Allah dengan bukti-bukti yang nyata. Walaupun berkali-kali ditolak dan dimusuhi, Beliau-beliau tidak pernah menyerah. Beliau-beliau mengumandangkan dakwah untuk menganut ajaran tauhid. Namun, tidak digubris bahkan terseret dalam kondisi sampai nyawa hampir melayang.

Apakah saya mampu membangkitkan Islam kembali? Melakukan dakwah saja saya masih berusaha dengan kemampuan saya yang terbatas dan itupun belum mencapai kata maksimal.Entah mengapa, seperti mengobarkan asa dalam selimut keputusasaan yang tebalnya tiada terukur. Tapi, usaha tersebut adalah suatu keharusan jika hal itu memang terjadi ataupun dalam keadaan seperti ini.

Saya sadar betapa mulianya panggilan salat tersebut. Terlebih lagi agama Islam itu sendiri. Andaikan besok sudah tidak terdengar adzan (saya akan memeriksakan diri ke dokter THT ~maaf, sedikit sisipan tidak penting), saya ingin membangkitkan adzan itu kembali.

Mungkin sekelumit kobaran semangat dan asa yang terketik oleh jemari saya hanya akan memenuhi sepersekian juta dari jagad maya ini. Namun, terima kasih bagi siapapun yang membaca, dan saya mohon kritik, saran dan komentar. Maaf apabila terjadi salah pengertian, salah kata, salah ketik, dan kekacauan tulisan saya.

Syukron. Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Minggu, 23 Mei 2010

Sekalipun itu Menyakitkan, Syukuri Hal Tersebut!

Assalamu alaikum Wr.Wb.

Pernahkah dalam setitik hidup, kita menyesali sesuatu yang tidak pernah kita sukai...? Sesuatu yang menyakitkan, menusuk sampai-sampai ingin bunuh diri atau menangis sampai menunggu keringnya air mata?

Meskipun kata-kata di atas terdengar sedikit puitis dan dramatis (baca: berlebihan). Tapi, seandainya hal-hal di atas memang benar terjadi, apa yang akan kita lakukan? Seperti itukah?

Mungkin memang sedikit naif, tapi saya pernah mengalaminya. Sebenarnya, masalahnya sederhana. Hanya sedikit perencanaan dalam hati, lalu tiba-tiba.. ya tiba-tiba saja... Sedikit berkisah tak apa-apalah. . .

--cerita dimulai--
Hari Sabtu itu, saya di Probolinggo menikmati liburan tetapi baru direncanakan dijemput Jumat pekan depan. Tapi, dalam hati (hanya di dalam hati saja) saya ingin pulang ke rumah (Waru) ketika Minggu tiba (esok harinya) karena sudah berencana ini itu di kemudian harinya. Saya ingat, ketika itu pukul 08.30 saya diajak ke bengkel bersama paman saya untuk menserviskan vespa, dengan membawa motor lain. Dan ketika pulangnya ke rumah paman, pukul 09.00. Dan saya menonton televisi. Ketika tengah-tengah menonton televisi, saya merasa aneh... Pandangan saya mulai berkunang-kunang dan merasa pusing. Saya mengaduh-aduh dalam kepala saya. Namun, tetap menonton televisi. Hingga pukul 09.30, saya memutuskan menyerah dan pergi ke kamar tidur saya. Menyembunyikan kepala di balik bantal sambil menahan ikatan tali tidak terlihat melingkar di kepala saya. Dan dibantu tusukan-tusukan jarum kasat mata yang terus diarahkan pada pelipis saya. Sakitnya bukan main.

Tidak lama kemudian, Bibi saya datang dan berusaha mengobati saya ala kadarnya. Alhamdulillah pusingnya hilang, pikir saya. Namun, tusukan-tusukan itu tidak berhenti, malah semakin sakit pula. Dalam hati saya terus berdoa, "Ya Allah, ampunilah hambamu ini... Hilangkanlah rasa sakit ini...," sembari terus berzikir. Lalu, Bibi saya menelepon Ibu saya yang di Waru dan beliau merespons dengan, "Ya sudah, Selasa Hani (nama saya) takjempute," dengan logat jawa khas.

Saya, tentu saja, masih mengerang-erang dan memendam kepala saya di balik bantal (sampai begitu menyiksa). Hingga makan siang tiba, saya terpaksa tidak bisa salat Zuhur karena tidak mampu beranjak mana-mana. Sungguh sebuah derita. Dan sepuluh menit setelah saya selesai makan, tiba-tiba Ibu saya menelepon ke Probolinggo. Beliau memutuskan untuk menjemput saya esok hari (hari minggu). Sontak saya terkejut dan mengucapkan Alhamdulillah dalam hati.
--cerita selesai--

Dari sejumput ketikan tersebut, mungkin terbersit sedikit pendapat yang unik dari para pembaca sekalian. Tapi, khususnya, dari saya sendiri, ini adalah sebuah hidayah dan pencerahan. Di samping saya tidak merencanakan penyakit pusing tersebut walaupun saya berjam-jam di depan layar laptop saya yang berkelap-kelip selama 6 hari sebelumnya, sungguh saya merasa penyakit aneh, yang setelah diperiksa darah tifus dan DB tidak menunjukkan tanda-tanda penandaan wilayah jajahan saat itu, itu adalah sebuah barokah. Walaupun saya belum memeriksakan problema tersebut ke dokter mata, saya merasa tidak ada waktu saat itu untuk berhenti bersyukur kepada Allah SWT. Lalu, saya berintrospeksi. Mungkinkah semua jalan yang tergariskan untuk diriku ini bukanlah jalan yang kupilih? Mungkinkah jalan yang kugariskan sendiri ini tidakseperti jalan yang seharusnya kulalui? Tapi, apakah jalan yang kupilih adalah jalan yang miring sedikit, meskipun 0,000000..... sekian derajat saja Allah SWT akan membantu saya kembali ke jalan yang benar?

Pikiran-pikiran itu membuat saya bersyukur akan mungkinkah itu sebuah penyakit, bencana, atau tragedi apapun. Selama kita selalu dibantu oleh Allah SWT dan percaya kepada diri kita untuk mengambil hikmah, sisi positif, keikhlasan jalan yang panjang yang tersembunyi di balik awan penyesalan. Kita akan tetap mampu bersyukur dan berikhlas diri meskipun seberat apapun cobaannya.

Sedikit pantun untuk mengakhiri tulisan ini...

Rembulan si manis nan lugas
Entah di mana pungguk munculkan diri
Si jalan rahmat lagi ikhlas
Di balik si derita tahukah diri

Mungkin ke-bermanfaat-an tulisan ini yang begitu sedikit pantaslah disingkap oleh tabir kesyukuran atas siapa yang mau membaca lagi bertanggap ria.

Akhir kata, sekian dan terima kasih, mohon maaf apabila ada salah kata.

Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Rabu, 19 Mei 2010

Memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-102

Assalamu alaikum Wr.Wb.

Tidak terasa sudah 102 tahun lalu, Pergerakan Nasional Indonesia mulai dirintis sedikit demi sedikit dengan berdirinya organisasi sosial budaya pertama Boedi Oetomo. Di tengah bergolaknya penderitaan dan tangis mendera akibat penjajahan Belanda yang tercatat dalam waktu tiga setengah abad, suara para kaum cendekia mulai berhingar-bingar walaupun di dalam kalangan bangsa Indonesia yang sembunyi-sembunyi merancang rencana kemerdekaan yang akan terlaksana 37 tahun setelahnya tanpa diketahui.

Semangat yang disulut oleh DR. Soetomo dan kawan-kawan pun patut kita contoh demi masa depan sehingga perjuangan mereka tidak sia-sia. Pada awalnya mereka mungkin berharap agar Indonesia lepas dari belenggu imperialisme dan kolonialisme. Dan terhitung 17 Agustus 1945, Indonesia sudah lepas dari belenggu tersebut. Namun, apakah sebenarnya benar-benar sudah? Dan lagi, api semangat yang disulut oleh kaum cendekia pada masa 102 tahun lalu tidak akan direncanakan padam setelah 102 tahun menyala. Karena mereka sadar akan jalan yang masih sangat panjang yang akan ditempuh Bangsa Indonesia lebih dari 37 tahun ke depan lagi.

Adakah berbagai cara memanfaatkan semangat yang belum mati itu?

Tidak usahlah terlalu jauh kita memikirkan pemerintah, tidak usahlah terlalu jauh memikirkan petinggi-petinggi nan jauh di sana... Berpikirlah tentang apa yang akan kita lakukan sendiri... Demi bangsa kita... Prestasi...Pengabdian dan lain sebagainya..

Mungkin kita sering bertanya "Apa yang pernah negara lakukan kepada kita?" Namun, itu sudah basi dan tidak relevan dengan keadaan negara... tapi pertanyakanlah "Apa yang pernah kita lakukan kepada negara?"

Mungkin itulah sekelumit tulisan dari ketika tuts-tuts papan ketik saya...semoga bermanfaat...

Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke-102....

Salam Merah Putih Jaya!

Wassalamu alaikum Wr.Wb

Senin, 03 Mei 2010

Andaikan Sekolah seperti Piknik...

Assalamu alaikum Wr.Wb..

Mungkin sudah santer di
telinga sebagian orang kalimat-kalimat "Gedung sekolah roboh", "Beberapa ruang kelas bocor dan sekolah kebanjiran, siswa terpaksa diliburkan", dan lain-lain. Berita-berita tersebut agaknya menggelitik hati saya dengan menuliskan posting ini.

Kondisi sekolah dan lembaga pendidikan yang memprihatinkan tersebut tentunya melemahkan semangat para pejuang Tut Wuri Handayani era kini, baik guru, maupun murid. Haruskah perjalanan panjang bangsa Indonesia terus-menerus tersandung kerikil-kerikil seperti ini?

Memang bidang pendidikan adalah suatu perjuangan keras bangsa Indonesia di tengah-tengah polemik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Namun, tidak menutup kemungkinan pula pendidikan Indonesia bisa dan mungkin menjadi nomor satu di kancah persaingan internasional (setelah perjuangan dan perjalanan panjang tersebut tentunya).

Kembali ke fasilitas berupa gedung sekolah. Begitu banyak masalah yang tersebar dalam perawatan gedung sekolah dan perawatan tersebut tidak akan selesai dalam waktu singkat dan otomatis akan mengganggu proses belajar mengajar. Lalu, tiba-tiba terpikir sebuah ide di benak saya, mengapa sekolah harus di sebuah gedung?

Tapi, saya juga merasa prihatin juga terhadap murid-murid SD dan TK (bayangkan, teman! SD dan TK) harus bergantian menerima pendidikan mereka di sebuah lumbung padi. Sungguh sebuah kenyataan yang menyakitkan hati, bukan? Dan tentu saja bukan ini solusi yang saya pikirkan untuk menggantikan suatu bentuk "fisik" sebuah gedung.

Lalu, apa? Setelah saya menggali benak lebih dalam lagi dan melihat inovasi-inovasi yang pemerintah telurkan. Terpikirlah sekolah keliling. Ketika sudah ada perpustakaan keliling, SIM keliling, dan keliling-keliling lainnya. Mengapa sekolah tidak bisa? Paling tidak sebuah kelas keliling. Terlebih lagi, banyak murid penderita "susah sekolah" termasuk dalam golongan tidak mampu. Menurut pemikiran saya, bukan hal mustahil sekolah diadakan seperti piknik.

Pertama-tama menjemput para murid di rumah masing-masing, atau mengumpulkan para murid di satu tempat yang lebih mudah dijangkau murid. Dalam alat transportasi "sekolah keliling" sudah tersedia lemari (seperti loker) untuk menyimpan buku-buku dan alat tulis yang dibutuhkan para murid. Kemudian, para murid dibawa ke suatu tempat alami yang menurut sang guru cocok dan nyaman untuk belajar mengajar pada mata pelajaran hari tersebut. Setelah itu, sang guru bisa menggelar tikar atau karpet untuk alas duduk para murid dan menyiapkan papan tulis yang bisa dibawa ke mana-mana bila perlu. Disambung siang hari untuk makan siang dengan bekal sendiri-sendiri atau saling berbagi satu sama lain (tukar bekal) atau mungkin pihak sekolah menyediakan konsumsi. Dengan begitu, suasana kelas dan belajar mengajar akan semakin mengasyikkan dan seru.

Mungkin sedikit banyak ide ini akan menguras lebih banyak biaya operasional pendidikan (asalkan korupsi dan potong uang sana sini tidak ikut-ikutan ambil bagian). Namun, jika demi kebaikan dan kemajuan pendidikan Indonesia, siapa tahu layak dicoba.

Mohon kritik dan saran yang membangun. Terima kasih sudah membaca....

Wassalamu alaikum Wr.Wb.