Senin, 04 Agustus 2014

SAKURA EXCHANGE - DAY 0 (Departure)

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Berhubung saya sedang waktu luang di negeri seberang (enggak sih. Sebenarnya buru-buru mau berangkat), ada internet yang cepat, dan permintaan dari teman-teman yang tercinta, saya menulis pengalaman di negeri Sakura ini cepat-cepat dan menunda tumpukan cerita di blog ini selama setahun (IYA, setahun).

Logonya SAKURA EXCHANGE
Sejarahnya, di tengah-tengah hingar bingar les Bahasa Perancis yang menyita waktu 20 jam sepekan, tugas kuliah yang Subhanallah nggarai gulung-gulung nggak karuan, pengerjaan Tugas Akhir yang akhirnya berakhir, saya mengikuti seleksi SAKURA EXCHANGE ke Jepang. Alhasil, setelah seleksi berkas, tes tulis (yang saya isi dengan tidak masuk akal dan mimpi-mimpi yang tinggi nian berbunga-bunga), dan tes wawancara (yang agaknya saya terbata-bata), saya termasuk sebagai salah seorang dari sepuluh mahasiswa yang menerima kesempatan nekat ini. Bagi saya jelas nekat, tanggal pelaksanaan SAKURA EXCHANGE mengambil waktu sebulan sebelum rencana keberangkatan menimba ilmu di Perancis (ketika harus mengurus visa dan lain-lain), sedikit masa sebelum ekivalensi+perwalian, dan mengambil waktu hanya 4 hari pasca lebaran. Singkatnya, saya tetap nekat memutuskan berangkat dengan mempertimbangkan semua itu.

 Persiapan? Tentu perlu. Berjumpa dengan saudara-saudari teman yang bakalan "hilang bareng" di sana. Dimulai dari Tri Hadiah Muliawati a.k.a. Mbak Lely (kalau dipanggil di jurusan dengan nama Lely bakal susah nih), Dewie, Zendy, Elok, Mia, Leo, Anton, Rizqi, Vidi, dan utamanya, Ibu yang baik sekali, sekaligus Direktur International Office saat itu, Bu Maria. Well, sebenarnya agak-agak kaku ketika mau masuk ke lingkungan orang-orang yang notabene baru saya temui di International Office ITS, tapi saya berusaha mencitrakan diri sebagai orang pendiam (tapi ya memang pendiam, nggak percaya?). Dan alhamdulillah, masih utuh sampai sekarang.

Hari H keberangkatan, saya sukses membuat huru-hara di rumah. Mulai bagasi keberatan, sepatu baru dibelikan yang nggak dikenakan, oleh-oleh yang belinya mengantri sampai seperti mandi, dan dasi ketinggalan. Maka dari itu, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua orang yang mendukung suksesnya keberangkatan ini, terutama keluarga saya di rumah, Papa, Mama, Mbak Wita, Mas Lukman, Sasa, Bu Tri, Om Yek, Yayik, Om Andri, Nana, Kiki, Om Yan, Tante Andriani, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan. Untuk urusan akademis, saya harus berterima kasih kepada Sigit, Ardian, Aziz, dan Gregorius, serta Bapak Ibu Dosen yang men-support saya dalam kesempatan ini: Bu Nanik, Bu Isye, Bu Anny, Pak Waskitho, Bu Chastine, dan Pak Hari.

Sampai di terminal 2, saya berputar-putar seperti orang hilang. Katanya sih berkumpul di counter Garuda Indonesia, tapi nggak ada ya. Eh lhadalah munculnya di dalam. Berlanjut check in, dkk dll dsb. Dan kejutan... tongsis milik Elok pun dirilis. Sepertinya sudah jelas sekuelnya, tidak usah berlanjut lebih lama. Singkat cerita, naik pesawat udah merasa WOW abis. penerbangan internasional standar luar negeri seperti ini. Bangku ada tipinya... Hehe. Maklum ndeso. Tak pelak penerbangan pagi itu ke Singapura diisi dengan makanan mewah dan menonton film yang baru beberapa waktu lalu disiarkan di bioskop atau film favorit. Setelah transit Singapura sekitar 1 jam, berpindah ke Taipei dengan pesawat yang sama (dikira renang?). Masih dengan tempat duduk yang sama. Dan nemu lagunya GReeeeN (yeay) adalah semacam penambah kenyamanan di pesawat. Perjalanan berjalan mulus hingga ke Taipei. Di Taipei, Bandaranya keren!.... (dan sepi, tapi bangunannya keren, Juanda mungkin tidak kelihatan sebagus itu). Tempat solat asar (+jamak takhir dhuhur)? Tidak disediakan. Alhasil, tantangan pertama adalah mengamankan tempat sepi di dekat toilet yang digunakan untuk solat. Dan Alhamdulillah everything works fine.

Penerbangan dari Taipei ke Fukuoka... Ganti pesawat yang versinya lebih lama daripada yang sebelumnya. Namun, nasib buruk menimpa saya. Headset bagian telinga kirinya bunyinya gemresek, memusingkan. Dan yah, saya terpaksa bergumul dengan bantalan kursi selama sekian jam (disela makan malam juga soalnya). Berita buruknya lagi, pesawatnya delay, jadi sampai Fukuoka tidak tepat waktu. Dan Prof. Usagawa (responsable kita di sini), menunggu dari jam 17 hingga jam 21-an. Sungkan banget rasanya. Ada pun kegilaan tidak berhenti sampai di sini. Selfie ditingkatkan ke level selanjutnya dengan mengajak Prof. Usagawa. Yah, maklum dong ya. :P

Next, ditemani beberapa rekan dari Indonesia yang sedang berkuliah di Fukuoka, menunggu bus express TERAKHIR yang beroperasi di jalur Fukuoka-Kumamoto. Kalau ada yang ketinggalan ya siap-siap hubungi orang untuk menginap di sana, kata Pak Prof. Usagawa (ngemper di bandara nggak boleh ya Prof?). Perjalanan dengan bus dimulai pukul 22.30 dan mendarat dengan muka-kangen-kasur pukul 24 sekian. Sampai di penginapan... mengisi berbagai formulir dan lain sebagainya. Akhirnya dapat kunci sekitar pukul 25.15 untuk kamar tunggal. (heran sih? mengapa 25? Saya juga heran. Ada toko buka pukul 9-26... artinya jam 9 pagi sampai 2 pagi).

Bertemu kamar, artinya kasur? (BENAR!) Saya sudah buru-buru menancapkan kunci ke lubang kunci. Dan... *putar ke kiri* (nggak bunyi klik) *putar ke kanan* (nggak bunyi klik). Sejenak hembusan nafas, (entah saya apakan saja pintu itu) dan berhasil dibuka dengan.... memutar kunci sekaligus mendorong daun pintu. Namun demikian, ke-kagok-an dengan teknologi tidak berhenti sampai di situ. Masuk kamar... kok gelap? *pencet-pencet saklar *pencet2 tombol yang kelihatannya sumber listrik. Kemudian, saya dan Mbak Lely... berbingung ria, disambut Elok dengan... *itu gini lho* menusukkan gantungan kunci hotel ke lubang yang sepertinya sumber listrik. Tidak mau berpikir mengenai benda-benda itu lebih lanjut (karena bertemu WC duduk yang tidak biasa), saya pun langsung bilas, wudhu, dan shalat jamak takhir magrib-isya (darurat) dilanjutkan tidur.

Alhamdulillah, perjalanan tersebut memberi pelajaran yang menakjubkan. Bertemu kawan-kawan baru, menikmati indahnya negeri matahari terbit, terkagum dengan sistem transportasi, dan kedisiplinan. Semoga nantinya bisa bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

0 komentar:

Posting Komentar